Dr. Margarito Kamis: Pemilu Mulai Rusak

Pencoblosan surat suara di Jepang, terlihat sami mawon, tak manis. Ahok, yang telah memiliki surat pindah tempat coblos, harus berusaha keras untuk bisa menggunakan haknya itu. Sebagian dari mereka harus beradu argument untuk bisa menggunakan hak pilihnya. Lalu di Sidney Australia, ribuan pemilih harus menggelar petisi meminta agar mereka dapat diberi kesempatan memilih.

Di luar sosl-soal itu, beberapa waktu lalu KPK menangkap salah satu caleg Golkar. KPK, dalam peristiwa penangkapan itu menemukan ratusan amplop berisi uang, yang teridentifikasi hendak disebarkan, diberikan untuk tak mengatakan membeli suara langsung dari pemilih. Payah. Ini merusak. Di Probolinggo, terlepas dari sebaran wilayahnya, praktik bagi-bagi uang, untuk tak mengatakan beli suara langsung kepada pemilih, juga terjadi. Istri seorang caleg, teridentifikasi memberi uang kepada pemilih.

Peristiwa kotor ini, sejauh ini, terdengar telah diurusi Panwas disana. Bagus. Sama dengan Probolinggo, peristiwa kotor serupa ditemukan, di salah Kecamatan Padaherang di Kabupaten Pangandaran.  Terlepas dari luasnya sebaran wilayah dan jumlah orang yang dibagikan, peristiwa ini, kabarnya juga telah diurusi oleh Panwas di sana. Menariknya Bawaslu menemukan kecurangan lain. Salah satu sanggota Paswaca Kecamatan ini, ditemukan berpihak pada salagh satu caleg.

Di Ciamis, khususnya di Ancol Desa Sindangkasih, juga terjadi pembagian uang. Itu terjadi, dalam keterangan Ketua Bawaslu Kabupaten Ciamis, pada hari Ahad. Berbeda dengan dua kasus di atas, pada kasus ini ditemukan kertas bergambar, selain caleg, juga capres, entah capres siapa. Menarik dan hebat, kasus ini terungkap karena laporan warga.

Janganlah

Bila saja pemberian uang tak terjadi, untuk alasan apapun, sulit untuk tidak menilai bahwa pemilu kali merupakan pemilu yang hebat. Hebat, karena dimana-mana di berbagai tempat kampanye Prabowo-Sandi, keduanya malah diberi uang oleh peserta kampanye. Memang uang yang diberi tidak seberapa. Tapi bukan di situ soalnya.

Soalnya adalah pemilu, dalam sejarahnya di Indonesia adalah peristiwa para calon orang besar membagi, membeli suara. Sejarah inilah yang, suka atau tidak, akan terpatahkan oleh sikap orang-orang kecil, yang dengan cara sebaliknya, memberi uang kepada calon presiden dan wakil presiden, Prabowo dan Sandi. Kelompok orang-orang di barisan ini, sejauh tersaji secara kasat mata dalam berbagai kesempatan, terlihat bergairah dalam keterbatasannya.

Mereka, dengan kerelaan khasnya, antusias menghadiri kampanye- kampanye Prabowo-Sandi. Terlihat tak dimobilisasi, karena mobilisai adalah sesuatu yang sering disepelekan oleh ilmuan politik. Agak sulit menandai lain selain peristiwa itu hebat. Peristiwa itu menandai orang-orang ini dapat dengan sadar mendefenisikan keperluannya di masa datang, dan sadar meletakan harapannya.