Fuad Bawazier: Ketegangan US dan Cina

Eramuslim.com – SAMPAI kunjungan bersejarah Presiden Amerika Serikat (US) Richard Nixon ke China 21 Februari 1972, China masih negara berkembang yang miskin, terbelakang dan relatif tertutup.

Kunjungan Nixon itu adalah kunjungan pertama Presiden US ke China sekaligus mengakhiri isolasi diplomasi panjang terhadap China. Nixon bertemu Mao Zedong, pemimpin tertinggi China (PRC/ People’s Republic of China). Kunjungan Nixon inilah yang membuka China kepada dunia modern.

Setelah 48 tahun, para ahli dari berbagai disiplin ilmu masih terus saja mendiskusikan akibat dan segala aspek dari kunjungan Presiden Nixon 1972 itu. Para politisi menilai bahwa kunjungan itu bertujuan untuk menaikkan posisi tawar US terhadap Uni Soviet (USSR), dan memberikan harapan pada rakyat Amerika sendiri yang sedang frustrasi berat menghadapi perang Vietnam yang menelan banyak korban dan ongkos.

Para ekonom melihat kunjungan Nixon itu sebagai terobosan mengambil peluang ekonomi mengingat penduduk China yang mencapai satu miliar adalah pasar yang masih serba lapar akan barang konsumsi dan barang modal. Produsen Barat melihat China bisa di jadikan lokasi produksi yang murah.

Sebagian ekonom Amerika sudah sejak awal mengkhawatirkan bahwa US sedang membangunkan naga tidur yang berpotensi mengulangi sejarah kejatuhan Romawi (sebagai lambang supermasi Barat atau Kulit Putih) oleh kulit kuning (Mongol/ Gengis Khan). Dalam literatur Barat sering di lukiskan sebagai kejatuhan bangsa yang beradab oleh barbarian.