Gede Sandra: Sri Mulyani, Menteri Terbaik Bagi Siapa?

Saya tidak mengetahui apa ukuran peningkatan transparansi yang dimaksud lembaga  World Government Summit, tapi berdasarkan opini dari pimpinan Transparancy  International (TI), peningkatan indeks transparansi Indonesia sebanyak 5 poin selama  lima tahun terakhir masih dinilai terlalu lambat untuk mencapai target 50 di tahun  2019. Itupun juga buka pencapaian dari SMI sendiri, ada Menkeu-Menkeu lain  sebelum era SMI yang juga berjasa.

Karena isu utang adalah yang paling bombastis.

Semua publik di Indonesia menjadi  saksi para pejabat berkilah, bersilat lidah, demi melindungi penambahan utang yang  dibuat SMI secara dramatis. Sama sekali tidak ada pengurangan utang sebanyak 50%.  Utang Indonesia terus bertambah di era SMI. Pada akhir tahun 2016, posisi utang kita  masih di level USD 154 miliar. Kini di tahun 2018, posisi utang pemerintah sudah  bertambah USD 22 miliar ke level USD 176 miliar.

Sepanjang sejarah Republik,  utang berkurang hanya terjadi pada era Gus Dur. Data yang diluncurkan lembaga  World Government (yang bukan Government) Summit sangat tidak dapat  dipertanggung jawabkan.  Ya untuk cadangan devisa saya setuju lah, memang terus membesar. Tapi ini adalah  tren yang umum dari tahun ke tahun seiring pertumbuhan ekonomi. Perlu dicatat, itu  bukan semata kerja Menkeu, Bank Indonesia yang independen dari Pemerintah, di  bawah Agus Martowardoyo, tentu harus diberikan apresiasi lebih besar.

Fakta terpentingnya, SMI adalah menteri keuangan terbaik di dunia bagi para investor  pasar uang. Orang-orang terkaya dunia, para kelompok 1% penduduk terkaya yang  mengusai mayoritas asset dunia, adalah para penguasa pasar uang dunia. Mereka  adalah kelompok yang paling diuntungkan dari sistem neoliberalisme di Indonesia.  Kebanyakan orang pasti mengerti, bahwa SMI adalah srikandi neoliberal terbaik yang  pernah dimiliki oleh mereka. Maka untuk memastikan sistem ini tetap menguasai  Indonesia, maka sosok SMI haruslah mereka kampanyekan dengan sekuat tenaga.  Tapi dengan catatan. SMI tetap loyal menguntungkan kaum 1% dunia (Salah satunya  dengan memasang bunga lebih tinggi dari Vietnam dan Filipina 1-3% selama 7 tahun  berkarir sebagai Menteri Keuangan). Tidak ada makan siang yang gratis.* (kl/kf)

Penulis: Gede Sandra, Peneliti Lingkar Studi Perjuangan (LSP)