Halte Dibakar ‘Pendemo’, Negara ‘Dibakar’ Buzzer

Steven R James lewat artikelnya berjudul Hominid Use of Fire in the Lower and Middle Pleistocene: A Review of the Evidence, punya penjelasan. Menurutnya api dikenal manusia 1,7 hingga 2 juta tahun lalu. Namun pandangan pada 1989 ini direvisi pada 2013. Penelitian Kim Luke dari Universitas Toronto dan Hebrew University menunjukkan api baru dikontrol manusia pada sejuta tahun lalu.

Klaim Luke berdasarkan bukti jejak mikroskopis abu kayu, bersama tulang hewan, dan perkakas batu. Materi itu ditemukan di lapisan yang berasal dari satu juta tahun lalu. Api jadi inovasi paling awal yang digagas manusia. Inovasi untuk mempertahankan diri dari predator dan suhu. Pembakaran adalah untuk kehidupan.

 

Lewat api pula manusia memasuki abad modern. Pada abad 18, api diolah sebagai sumber energi mesin uap. Api mengawali revolusi industri. Tapi relasi manusia dan api juga menimbulkan kerusakan parah di bumi.

Sejak jutaan abad itu, api jadi senjata. Tak hanya senjata manusia melawan hewan predator. Tapi api membuat manusia jadi predator bagi manusia lainnya. Api juga membuat manusia jadi predator bagi alam di sekitarnya. Ditemukannya senjata api makin menegaskan sisi predator manusia.

Apa yang terjadi sejak revolusi industri itu berkembang hingga kini. Api jadi unsur netral ketika dipantik. Akal manusia yang mengarahkan api berposisi. Protagonis atau antagonis. Pemanfaatan manusia atas api itu yang membangun sekaligus merusak peradaban.

Api menghidupkan sekaligus mematikan. Semua tergantung ide di kepala manusia pemantiknya.

Di Tunisia Desember 2010, seroang pedagang bernama Mohamed Bouazizi memantik api yang mematikan sekaligus membangun. Pedagang kaki lima itu memantik api ke tubuhnya sendiri karena frustrasi. Api itu mematikan hidupnya. Namun menghidupkan gerakan revolusi politik. Tak hanya di Tunisia tapi ke seluruh Arab. Sejak itu Arab dilanda Arab Spring yang membangun sekaligus merusak peradaban di Timur Tengah.

Begitulah posisi api yang begitu ambigu di tangan manusia. Dari sisi bahasa, frasa yang terkait ‘api’ juga begitu relatif. Bisa dimaknai positif atau negatif tergantung kata yang menyertainya. Ini seperti frasa ‘api semangat’ dan ‘api kebencian’. Walhasil secara harfiah dan istilah  posisi api tetap netral. Lagi-lagi tergantung manusia yang memaknainya.