Hersubeno Arief: Ada Jenderal Luhut di Jembatan Tol Suramadu?

Eramuslim.com – Seperti kepingan puzzle sederhana, gambar besar di balik penggratisan Jembatan Tol Suramadu, mulai terbentuk. Gambar awal yang terbentuk adalah peta pemenangan Pilpres 2019. Gambar berikutnya yang muncul dugaan adanya kepentingan bisnis Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan di Pulau Madura.

Adanya kepentingan politik itu aromanya sungguh sangat terasa. Ketika meresmikan pembebasan tarif jembatan Suramadu, Sabtu (27/10) sejumlah ulama Madura yang mendampingi Jokowi tampak dengan bersemangat mengacung-acungkan salam 1 jari. Mereka berteriak-teriak “Nomor satu…nomor satu….”

Jokowi membantah bila acara penggratisan itu dikaitkan dengan kampanye Pilpres 2019. “Apa-apa kok dikaitkan dengan politik? Kalau dikaitkan dengan politik, kenapa tidak saya resmikan tahun depan saja,” ujarnya.

Dengan tegas Jokowi mengatakan bahwa, ini urusan ekonomi, urusan kesejahteraan, urusan keadilan. “Urusan keadilan untuk masyarakat Indonesia, utamanya Madura,” tambahnya.

Benarkah? Gubernur Jawa Timur Soekarwo pada bulan Januari 2016 mengaku sudah pernah mengusulkan agar jembatan tol Suramadu statusnya diubah menjadi non tol. Alasannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi di Madura. Hal itu disampaikan saat Presiden Jokowi berkunjung ke Madura dan meresmikan kapal pengangkut sapi. Secara resmi surat permohonan juga sudah dikirim. Namun tak ada tanggapan dari Istana.

Bila sekarang di tengah masa kampanye, Presiden tiba-tiba menggratiskan jembatan sepanjang 5.4 Km itu, agak sulit untuk membantah tidak ada motif politik. Jatim adalah wilayah pertempuran yang sangat penting bagi Jokowi. Memiliki jumlah pemilih kedua terbesar setelah Jawa Barat, Jokowi harus menang di Jatim bila ingin kembali melenggang ke kursi kepresidenan.

Pada Pilpres 2014 dari total suara sah sebanyak 21.946.460 pemilih, di Jatim Prabowo-Hatta memperoleh 10.277.115 suara (46,83%) dan Jokowi-JK memperoleh 11.669.345 suara (53,17%). Sebaliknya di Madura, Jokowi kalah. Perolehan suara Prabowo-Hatta di Madura sebanyak 830.968 suara (54.54%). Sementara Jokowi-JK berjumlah 692.631 suara (45.46%).

Pada Pilpres 2019 potensi Jokowi akan kalah di Madura, sangat besar. Bahkan kemungkinan kalah telak. Batalnya Mahfud MD ditunjuk sebagai cawapres Jokowi memberi luka yang sangat dalam bagi warga Madura, tidak hanya mereka yang tinggal di Madura, namun juga yang berada di perantauan.