Hersubeno Arief: Arus Massa Reuni Mengalir Sejak Malam, Bisa Lebih Besar Dari Aksi 212

Penuhnya hotel pada akhir pekan di Jakarta merupakan anomali. Biasanya pada akhir pekan hotel di Jakarta relatif lebih kosong dan harganya turun. Warga lebih memilih ke luar kota seperti ke kawasan Puncak, Bogor, atau ke Kota Bandung.

Seperti berbagai Aksi Bela Islam (ABI) dan reuni pada 2017 suasananya mengingatkan kita pada jamaah haji yang berbondong-bondong menuju Arafah dan Mina pada musim haji. Warna putih mendominasi kawasan Monas dan sekitarnya.

Bedanya kafilah tidak melantunkan takbir, tahmid, dan tahlil. Mereka melantunkan salawat dan puja-pujian kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Kebetulan reuni kali ini bersamaan dengan bulan Maulud, bulan kelahiran Muhammad SAW.

Suasananya mulai terasa di sejumlah stasiun awal di Bekasi, Bogor dan Depok. Suasana serupa juga sudah terasa di stasiun Rangkasbitung, Banten. Penumpang dari Rangkas biasanya bisa duduk. Kali ini harus rela berdiri berdesakan. Wajah-wajah muda ceria, mendominasi kafilah Banten.

Para kafilah tak perlu khawatir soal logistik, karena makanan dan minuman melimpah. Mereka dengan suka cita berbagi. Benar-benar sebuah kebersamaan, keceriaan, kebahagian, sesuai namanya reuni.

Melihat antusiasme kafilah, menarik untuk dipertimbangkan kegiatan ini bisa menjadi agenda tahunan. Semacam festival tahunan terbesar umat Islam Indonesia, dan dunia.

Potensi ekonominya sangat besar. Penuhnya hotel-hotel, diborongnya restaurant oleh para dermawan dan melimpahnya makanan dan minuman, dipastikan menggerakkan ekonomi kota Jakarta.

Belum lagi berbagai pernak-pernik souvenir yang dijual pedagang kaki lima. Mulai dari topi,kaus, syal, sampai bendera tauhid yang dijual di sekitar arena.