Hersubeno Arief: Payung Erotis Rezim Otoriter dan Kematian Gerakan Mahasiswa

Eramuslim.com – Jika Anda sempat berkunjung ke kota Yangon, Myanmar pada awal tahun 90-an, ada satu pemandangan yang sangat khas di Danau Inya. Payung-payung besar berderet di sepanjang tepian danau terbesar di kota Yangon itu.

Tidak semua payung berukuran besar. Ada juga dua payung kecil yang dijadikan satu. Fungsi payung itu bukan untuk berteduh, namun untuk menghalangi pemandangan dari arah belakang.

Di balik payung-payung itu pasangan muda-mudi “hanya” mengenakan sarung —pakaian nasional Myanmar— asyik bermesraan. Mereka seakan tak peduli dengan pasangan lain, walaupun jaraknya berdekatan. Seolah sudah tahu, sama tahu.

Jangan sekali-kali mengganggu mereka. Kawasan ini diawasi dengan ketat oleh rezim junta militer yang berkuasa. Letaknya sangat strategis. Di pinggir jalan utama, antara pagoda Shwedagon dengan Yangon University. Pusat gerakan para pengunjukrasa.

Inilah cara rezim mengalihkan energi mahasiswa agar tidak lagi berunjukrasa menentang junta militer. “Silakan bercinta sesuka hati dan sepuasnya, asal jangan berunjukrasa,” tampaknya begitulah prinsip rezim penguasa.