Ikhwanul Muslimin Telah Menunggu Lama – Trauma Negara Intelijen (2)

mursi sisiTrauma Negara Intelijen

Sikap kuat para pemimpin Al Ikhwan di Mesir jangan dipahami sebagai sikap ngeyel yang irrasional. Mereka menempuh hal itu setelah melalui pertimbangan sangat dalam dan panjang. Bahkan tanda-tanda adanya ancaman kudeta militer itu sudah mereka rasakan jauh-jauh hari sebelum momen tanggal 3 Juli 2013. Ketika Presiden Mursi mengajukan Referendum 22 Desember 2012, untuk mengesahkan revisi Konstitusi Mesir, hal itu juga untuk mengantisipasi risiko kudeta.

Saat militer Mesir mendapat kucuran bantuan dana 1,3 miliar dolar dari Amerika pada 10 Mei 2013, atau sekitar dua bulan sebelum kudeta; pasti para penasehat Presiden Mursi sudah menduga bahwa bantuan itu semacam “memberi amunisi” kepada militer untuk melakukan kudeta. Hal ini sudah dibaca sejak lama. Dan para pemimpin Partai FJP dan senior-senior gerakan Al Ikhwan telah mengantisipasi semua ini sejak awal. Mereka telah menyiapkan diri untuk “the worst scenario”.

Semua ini mereka lakukan karena menyadari, bahwa 60 tahunan bangsa Mesir berada di bawah kendali pemerintahan militer yang korup, monopolistik, dan sewenang-wenang. Militer Mesir bisa dianggap sebagai militer paling sadis bagi para aktivis gerakan Islam. Bahkan mereka sering menjadi inspirasi kekejaman bagi militer negara-negara lain yang anti aktivis Islam. Militer Mesir bukan hanya menuntut semacam “Dwi Fungsi” di Indonesia, bahkan mereka merajalela di bisnis, perusahaan negara, dan proyek-proyek infrastruktur dan manufaktur.

Situasi traumatik negara intelijen yang pernah hadir di Indonesia saat Orde Baru, masih lebih parah kondisi di Mesir. Mereka itu bangsa Arab, identitas Islam, sering membaca Al Qur’an, tetapi kelakuan bisa lebih parah dari prajurit-prajurit Fir’aun di masa lalu. Masya Allah, laa haula wa laa quwwata illa billah. Belum pernah kaum Muslimin mendapat cobaan kekejaman militer melebihi apa yang terjadi di Mesir. Seolah mereka didirikan untuk membabat setiap bangunan Islam.

Kekejaman militer Mesir bukan hanya bagi aktivis Islam, tetapi juga bagi rakyat sipil di Mesir sendiri. Banyaknya masyarakat yang mendukung Referendum yang digagas Presiden Mursi, dan banyaknya massa yang menolak kudeta militer Jendral As Sisi; adalah pertanda kuat bahwa rakyat Mesir sudah tidak mau lagi ditindas oleh kekuatan militer yang sewenang-wenang. Mereka ingin memutus kesewenang-wenangan itu saat ini juga dan selamanya.

Di titik itu kita harus mengapresiasi perjuangan para pejuang Al Ikhwan di Mesir; kita harus membela mereka, mendoakan mereka, membantu mereka semampunya. Jika perjuangan ini berhasil, insya Allah kekejaman-kekejaman yang sering menimpa para aktivis Islam akan berakhir. Kelak anggota militer manapun yang biasa menindas para aktivis-aktivis Islam akan belajar, bahwa semua dosa-dosa kezhaliman itu akan digulung oleh Allah Ta’ala dengan cahaya keadilan-Nya.

Doakanlah saudara-saudaramu di sana yang sedang mengemban missi besar, menghadang kesewenang-wenangan rezim militer Mesir. Semoga Allah Al ‘Aziz menolong mereka, memudahkan langkahnya, menguatkan usahanya, dan memberikan keberhasilan atas mereka. Amin Allahumma amin.

(Bersambung,,,)

Tatar Pasundan, 1 Agustus 2013.

AM. Waskito. Penulis buku “Air Mata Presiden Mursi”.