Jasmerah: Ketika SBY Memilih Mundur…

Tahun 2005: Indonesia menjadi tuan rumah Peringatan 50 Tahun Konferensi Asia Afrika. Presiden SBY mengutus Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro untuk menyampaikan undangan pada Mega, sebab Purnomo dinilai dekat dengan Mega. Mega menolak menerima Purnomo.

***

Itulah sekelumit kisah tentang peristiwa mundurnya SBY yang memang memiliki niat menjadi capres dalam pilpres mendatang di zamannya, dari jabatan Menkopolkam, walau awalnya tidak mengakui. Mega memang keliatan ngotot dalam hal kepentingannya. Mega tidak segan-segan menegur bahkan memecat anak buahnya yang dianggap tidak seirama dengannya. Dan Jokowi yang juga pegawai dari PDIP ikut mewarisi sikap Megawati. Dalam kasus Rizal Ramli, Jokowi telah menunjukkan hajatnya dengan memanggil yang bersagkutan yang tengah siaran langsung ILC di TV One dan memecatnya.

Dan sekarang, ketika kita melihat manuver Panglima TNI Gatot Nurmantyo akhir-akhir ini, yang seolah-olah anti-mainstream dari warna kebijakan kabinet kerja-nya Jokowi, kita melihat ada harapan umat atas perubahan dari hal ini. Namun sangat aneh. Sangat-sangat aneh. Kenapa melihat hal ini Jokowi masih diam saja dan santai-santai saja. Beda perlakuannya terhadap Rizal Ramli di mana Jokowi langsung mendepaknya. Ini tentu menimbulkan tanda tanya besar.

Sikap Jokowi yang tetap nyantai seakan mengirim pesan kepada kita semua jika semua yang terjadi akhir-akhir ini memang merupakan bagian dari permainannya sendiri menghadapi pilpres 2019. Bagian dari skenarionya. Apalagi Jokowi yang warna pemerintahannya sangat intim dengan rezim RRC juga ikutan nonton bareng film G30S/PKI. Ini tentu menimbulkan kecurigaan, jangan-jangan seperti Suharto, Jokowi pun memanfaatkan isu sensitif ini sebagai kendaraannya menuju 2019, untuk menarik simpati umat. Karena pencitraan gaya lama sudah tidak laku lagi tentunya.

Menghadapi Pilpres 2019 Jokowi tidak akan bisa mengandalkan pencitraannya lagi yang dikesankan sederhana dan merakyat seperti pilpres 2014 lalu. Adalah bunuh diri dan kekonyolan jika menghadapi Pilpres 2019 mendatang, Jokowi masih mengumbar janji janji bombastis, seperti janji tidak akan ngutang, menciptakan jutaan lapangan pekerjaan, janji berdikari, dan janji lainnya. Pasti Rakyat banyak akan menertawainya. Dan Jokowi sangat sadar diri. Sebab itu, menghadapi Pilpres 2019, Jokowi menyiapkan satu episode drama baru yang nanti diharapkan bisa mempertahankan kursi kekuasaannya yang memang empuk.

Kini kita akan lihat, bulan-bulan mendatang, apakah Jenderal Gatot memang menjadi bagian dari  permainannya Jokowi atau memang memiliki langgam permainannya sendiri? Kita lihat saja nanti,  dan kita tentunya berharap apapun takdirnya nanti yang kita inginkan adalah yang terbaik buat Umat Islam. Yang tidak lagi menjadikan umat Islam sebagai pendorong mobil yang mogok, yang setelah mobil itu berjalan, umat Islam ditinggalkan. Makaru wa makarallah. Sebaik-baiknya rencana, adalah rencana Allah!  [rd]

https://m.eramuslim.com/resensi-buku/resensi-buku-pre-order-eramuslim-digest-edisi-12-bahaya-imperialisme-kuning.htm