Jokowi Promosikan Babi Panggang: Tak Sengaja atau Sering Lihat?

Secepat kilat, muncul reaksi dari warganet. Ada yang mengatakan babi itu haram bagi umat Islam, kenapa dipromosikan untuk Lebaran. Ada netizen yang menyatakan bahwa dia “tidak bisa terima” promosi bipang oleh Jokowi. Yang lainnya bercanda agar Jokowi mencontohkan pemesanan Bipang Ambawang itu.

Sekarang, bagaimana pembelaan yang pas untuk Jokowi? Apakah lebih baik disebut bahwa rekaman itu dilakukan secara spontan (ad-libbing) yang memungkinkan keseleo, atau bernaskah (scripted)? Kalau spontan, wajar keliru. Kalau bernaskah, tak wajar salah.

Kedua-duanya tidak baik bagi Jokowi. Mau dikatakan spontanitas, berarti nama “Bipang Ambawang” itu sudah sangat lekat dalam ingatan beliau sehingga lancar menyebutkan itu bersama gudeg Jogya, bandeng Semarang, pempek Palembang, dlsb. Lekat dalam ingatan itu bisa punya konotasi negatif.

Tapi, apakah lekat dalam ingatan berarti Jokowi sering melihat babi panggang? Belum tentu begitu. Sebab, sebagai Presiden, sangat bisa dipahami kalau Jokowi harus bisa mengingat nama-nama masakan khas daerah.

Terus, bagaimana kalau rekaman itu dikatakan bernaskah (scripted)? Sama parahnya. Kalau rekaman itu bernaskah, berarti sudah direncanakan dengan matang promosi untuk Bipang Ambawang.

Dari sini bisa dilihat dua kemungkinan. Pertama, ada yang sengaja mencelakakan Jokowi. Kedua, tim media Istana sangat konyol. Bodoh sekali kalau mereka tak punya sensitivitas babi panggang bagi umat Islam.

Jadi, dilihat dari arah mana pun juga, video promosi babi panggang itu akan tetap bermasalah.[]

8 Mei 2021
(Penulis wartawan senior)