Kemana Persoalan Yerusalem Berlabuh?

Ketika arus gejolak serta gelompang protes dunia menolak klaim Trump tak kunjung dicabut oleh Gedung Putih, maka boleh ditebak bahwa isu yang ditebar oleh Trump tentang Jerusalem bukanlah “isu sebagai metode,” tetapi yang hendak dimainkan oleh Amerika Serikat (AS) ialah “isu sebagai pola.”

Membaca isu sebagai pola, kita seperti melihat road map dari sebuah grand strategi Paman Sam. Langkah-langkahnya pasti. Isu Al Qaeda di Afghanistan (2001), atau isu senjata pemusnah massal di Irak (2003) adalah contoh “isu sebagai pola”.

Kenapa? Karena meski isu tersebut dulu menimbulkan pro kontra di sana-sini, tema/agenda pun tetap dijalankan oleh AS dan sekutu. Dan agenda atau tema yang diterapkan usai isu ditebar di kedua negara (Afghanistan dan Irak) ternyata sama, yaitu keroyokan/invasi militer, sedang skemanya ialah kavling-kavling geoekonomi (minyak dan gas) di Afghanistan dan Irak. Publik global sebenarnya mengetahui pola ini tetapi dunia diam membisu. Pertanyaan kini, “Apakah agenda dan skema yang hendak ditancapkan oleh AS dan sekutu di Palestina?”

Agenda Eksternal, atau Agenda Internal?

Sekali lagi, isu – tema/agenda – skema. Isu ditebar, agenda dijalankan dan skema (kolonialisme) ditancapkan. Itulah pola asymmetric warfare. Kita mulai dari skema (tujuan) atas isu Jerusalem yang ditebar oleh Trump. Tak boleh dipungkiri, apapun jenis modus peperangan di dunia, skema kolonialisme hampir tak berubah yakni mencaplok geoekonomi di negara target melalui pintu kekuasaan.

Ya. Menguasai Jerusalem, selain identik menguasai tiga agama samawi (langit) di dunia —ini merupakan pintu kekuasaan— yakni Islam, Kristen dan Yahudi, juga tak kalah penting ialah penguasaan atas ladang-ladang minyak dan gas di Palestina secara total (Lihat gambar). Inilah geoekonomi atau skema kolonialisme yang hendak ditancapkan.

Sedangkan “agenda eksternal” yang terbaca adalah diplomasi politik (smart power) dan/atau melalui penggunaan kekuatan militer (hard power). Atau bisa jadi kedua-keduanya. Nah, disini akan terlihat netralitas PBB di panggung global, kemana ia berkiblat.