Koreksi Prabowo Soal Pilihan Bu Ani, SBY Tunjukkan Jatidiri

Tampak sekali dengan nyata bahwa SBY, pada dasarnya, sangat tidak suka kepada Prabowo. Dia hanya pura-pura mendukung. Kalau SBY benar sepenuh hati mendukung, mengapa dia berkeberatan ketika Pak PS menceritakan kebaikan Bu Ani? Mengapa dia harus harus meluruskan pernyataan Prabowo itu?

Ini jelas menunjukkan bahwa sejak awal SBY memang terpaksa mendukung PS. Terpaksa karena pada pilpres 2024 anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), tidak boleh mencalonkan diri apabila di pilpres 2019 ini Demokrat tidak masuk ke salah satu kubu capres.

Waktu itu, ke kubu Jokowi tidak bisa bergabung karena ditolak oleh Megawati. Akhirnya mengemis ke kubu Prabowo di saat-saat akhir. Prabowo terlalu baik menerima AHY. Padahal, tidak ada efek sama sekali terhadap kemenangan Prabowo yang dirampok itu.

Eh, sekarang setelah hajat mereka terpenuhi, yaitu tidak lagi ada ancaman AHY terdisualifikasikan di pilpres 2024, SBY langsung menusuk PS. Dia tak mau lagi dikait-kaitkan dengan Prabowo. Betul-betul licik. Tak bisa dipercaya.

Kata orang, SBY itu ahli strategi. Kalau saya berpendapat, SBY malah ahli berbohong. Ahli bermunafik.

Dari insiden koreksi ucapan Prabowo itu, saya malah yakin SBY tidak mencoblos tanda gambar paslonpres 02 di TPS, 17 April. Bukti tambahan? Dia sangat sibuk menjadi mediator antara Jokowi dan Prabowo. SBY berusaha sekuat tenaga supaya Prabowo mengalah. Dia puja-puji Prabowo sebagai “champion of democracy”, dlsb, kalau menerima keputusan KPU.

Kemudian SBY mendesak supaya PS bertemu dengan Jokowi. Semua anjuran ini bermuara pada: sudahlah, terima saja kecurangan pilpres itu. Itulah yang ingin dilakukan oleh SBY. Memang betul-betul…

Tapi, tidak heran juga sesungguhnya. Di pilpres 2014, SBY malah tidak membela besan dia sendiri, Hatta Radjasa, yang mendampingi Prabowo. Besan dia saja dibiarkan, apalagi Prabowo.

Saya paham hari-hari ini adalah hari duka SBY dan keluarganya. Tapi, koreksi langsung yang sangat tidak perlu atas stetmen Prabowo, sungguh tidak etis. Apa urgensinya meluruskan pernyataan itu? Toh, pilpres sudah lewat.

Pak PS bukan mencari dukungan ketika mau melayat ke Cikeas. Dia hanya menuturkan kenangan baik dari Bu Ani. Tidak lebih dari itu.[kl/wa]

(Penulis: Asyari Usman, wartawan senior)