Masa Depan Kapitalisme Di Titik Nadir?

Sebulan setelah Barack Obama naik menjadi Presdien AS, ia mencoba sebuah langkah untuk menyelamatkan ekonomi AS yang tengah sekarat. Stimulus lebih dari $890 milyar dolar akan digelontorkan oleh Kongres AS sebagai program paket penyelamatan dana sektor keuangan AS.

Obama langsung mengaku lega. dan beberapa pemimpin dunia pun menunjukkan sikap sama, namun diam-diam mereka tutup mata tutup telinga, karena mereka mengetahui dengan pasti kalau AS sama sekali tidak mempunyai dana talangan untuk stimulus sebesar itu. Pun mereka ogah meminjamkannya kepada AS.

Bagaimana dengan rakyat AS menanggapi rencana stimulus Obama? Mereka tampak antara percaya dan tidak. Sebabnya, mereka tahu betul bahwa kondisi AS demikian parah karena mereka sendiri yang mengalaminya. Para pengamat ekonomi AS menilai talangan dana sektor keuangan itu tidak cukup. Korporasi AS saat ini membutuhkan dana, lebih karena lembaga keuangan AS sudah terjebak dalam utang beracun (toxic debt) yang berasal dari sektor perumahan dan booming kartu kredit. Dan ini tidak dapat lagi dibayari dan membangkrutkan korporasi raksasa AS yang terjerat utang.

Di samping itu, dana yang digelontorkan berasal dari pajak rakyat, sehingga penggunaan dana itu dipastikan akan membawa dampak pada sektor lain, seperti pemotongan dana untuk infrastruktur, pendidikan, maupun kesehatan. Dalam sebuah sistem perekonomian pasar, penyelamatan satu sektor dengan mengorbankan sektor lain justru akan merusak pasar itu sendiri.

Lantas bagaimana? AS sekarang persis seperti apa dikatakan Karl Marx bahwa, menurut Marx, ada hukum mati di dalam kapitalisme bahwa salah satu cara utama yang digunakan para kapitalis untuk mengatasi (sementara) kontradiksi sistem mereka adalah lewat pembangunan perdagangan dunia. Dan Inilah makna globalisasi sebenarnya. Artinya, AS, yang mengusung ideologi kapitalisme secara bulat, berada dalam titik nadir yang sangat riskan.

Selama berpuluh-puluh tahun, AS menggantungkan hidupnya dari negara-negara yang "mereka ciptakan". Misalnya saja, sejak dahulu kala, negara-negara Arab membiayai utang-utang AS dalam jumlah yang besar. Ini sebagai bonus bagi AS yang mengklaim telah memenangkan Perang Dunia II; AS menuntut kekuasaan untuk bisa mengatur politik dan ekonomi dunia.

Menurut ahli politik dari AS Noam Chomsky, untuk mempertahankan kekuasaan imperialisme itu, AS mendorong terciptanya perang dingin dengan memunculkan persaingan senjata canggih. Ketika Soviet jatuh, AS kehilangan musuh besar dan arah pembangunan mereka. Maka tidak heran menjelang akhir 1990-an, AS menciptakan musuh-musuh baru dengan label "teroris", narkoba, dan muslim fundamentalis.

Tetapi, kapitalismen AS pada akhirnya, menurut ahli ekonomi Kanada, Frederick F Clairmonte dan John Cavanagh pada tahun 1987, justru akan membawa negara itu masuk dalam resesi ekonomi yang besar.

Dalam argumen mereka, utang-utang yang mematikan dari sebuah kebijakan oligarki korporasi-politik yang tolol karena tanpa memahami kepentingan nasional yang lebih dalam akan menimbulkan kekacau-balauan ekonomi, tidak saja pada AS tetapi juga perdagangan internasional.

Dan ini akan berlangsung dalam urutan waktu yang sangat lama. Mengapa demikian? Ini karena kapitalisme AS keseluruhannya hidup atas waktu pinjaman dan uang pinjaman, demikian Clairminte dan Cavanagh.

Ekspansi kredit dan utang AS mendorong pasar melampaui batas-batas normalnya, tetapi pada titik tertentu hal ini sekarang tengah berbalik ke arah yang berlawanan. Selama booming, kredit kelihatan tak terbatas, namun begitu krisis muncul, ilusi tersebut tergoncang. Pengembalian tertunda, komoditas tak terjual dalam pasar yang jenuh, dan harga-harga jatuh.

Akumulasi utang pada analisis terakhir membuat krisis semakin dalam dan lebih panjang daripada yang seharusnya sistem pembelian saham, yang tak lebih dari modal fiktif belaka, di AS telah mencapai proporsi yang luar biasa. Kita tahu, bahwa harga-harga saham di Wall Street telah menggelembung sampai pada titik di mana pada akhirnya meletus juga.

Untuk sementara waktu, kapitalisme secara terpisah mampu mengatasi hambatan-hambatan ini dengan beberapa cara, seperti membangun perdagangan dunia dan ekspansi kredit.

Kita telah melihat selama berpuluh tahun dan mungkin beratus tahun, AS begitu digdaya dalam masalah ekonomi, namun hanya dalam waktu beberapa bulan saja, negara ini menjadi demikian keropos. Kapitalisme tengah menggali lubang kuburnya sendiri. (sa/ft)