Menjelang Keruntuhan Kekuasaan Bashar al-Assad

Nasib Presideh Suriah Bashar al-Assad bakal tak bertahan lama berada dalam kekuasaannya. Bashar Assad menghadapi tekanan internasional. Tidak mungkin lagi dapat mengelak. Pengadilan Kejahatan Kemanusiaan Internasional (ICC), menyerukan agar Basrhar al-Assad di tangkap dan diadili.

Dibagian lain, para pemimpin dunia, terutama pemimpin tertinggi negara Amerika Serikat dan Uni Eropa, menyerukan kepada Presiden Suriah, Bashar al-Assad segera mengundurkan diri dari kekuasaannya, Kamis. Dengan sikap negara-negara Barat, seperti Amerika dan Uni Eropa, maka peluang Bashar al-Assad mempertahankan kekuasaan sangat tipis.

Tindakan kekerasan dengan menggunakan militer, dan menimbulkan banyak korban rakyat sipil, nampaknya telah membangkitkan kemarahan masyarakat internasional. Bukan hanya negara-negara Barat, yang mengkritik keras tindakan Bashar, tetapi dikawasan Timur Tengah atau Dunia Arab, Bashar al-Assad telah mendapatkan kritik yang tajam. Tidak kurang Raja Arab Saudi, Abdullah mengkritik tindakan Assad. Selama aksi protes yang berlangsung selama tiga bulan ini, tidak kurang 3000 pemrotes yang tewas, akibat penggunaan senjata oleh pasukan Assad.

"Masa depan Suriah harus ditentukan oleh rakyat, namun Presiden Bashar al-Assad menentang mereka," kata Presiden Barack Obama dalam pernyataan. "Kami secara konsisten, mengatakan, Presiden Assad harus segera menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintahan transisi yang demokratis, atau mengundurkan diri dari kekuasaannya. Ia tidak lagi berhak memimpin Suriah.. Demi rakyat Suriah, waktunya telah tiba bagi Presiden Assad untuk mundur", tegas Obama.

Para pemimpin Kanada, Perancis, Jerman, Inggris, dan Uni Eropa secara bersama mendukung sikap dan pernyataan Presiden Amerika Serikat Obama, yang menginginkan Bashar al-Assad segera mengundurkan diri.

"Kami tiga negara Eropa percaya bahwa Presiden Assad, telah menggunakan kekuatan militer yang brutal terhadap rakyatnya sendiri, dan Assad harus bertanggung jawab atas situasi tersebut. Assad telah kehilangan semua legitimasi, dan tidak dapat lagi mengklaim memimpin negeri ini," ucap Perdana Menteri Inggris David Cameron, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan Kanselir Jerman Angela Merkel dalam sebuah pernyataan bersama.

"Kami meminta Bashar al-Assad segera mengundurkan diri, terutama menghadapi realitas atas penolakan terhadap rezim Suriah oleh rakyatnya untuk segera mengundurkan diri", tambah para pemimpin Eropa itu.

Pejabat AS, yang menolak disebutkan namanya, karena alasan masalah keamanan, mengatakan, para pemimpin Eropa dan Amerika Serikat mengharapkan seruan yang sama kepada al-Assad datang dari para pemimpin lainnya.

Pihak berwenang Amerika juga memberlakukan sanksi ekonomi baru terhadap Damaskus Kamis, pembekuan aset pemerintah Suriah di Amerika Serikat, melarang orang Amerika membuat investasi baru di negara itu, dan melarang pembelian minyak Suriah oleh perusahaan Amerika Serikat. Sanksi ekonomi ini bertujuan melemahkan rezim Bashar al-Assad. Menlu Amerika Serikat, Hallary Clinton, mengatakan,"Akan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi efek yang tidak diinginkan dari (baru) sanksi terhadap rakyat Suriah."

"Ini ekonomi yang langsung menyerang jantung rezim Suriah," kata Clinton. Amerika Serikat mengharapkan negara-negara lain, "Akan memperkuat langkah-langkah yang kami ambil", tambahnya.

Pemimpin Mayoritas Senat Amerika Serikat, Eric Cantor, R-Virginia, menyebut bahwa Suriah merupakan, "Proxy bagi Iran, pendukung teror, dan ancaman terhadap kepentingan Amerika Serikat dan sekutu kami di kawasan ini", ujarnya. Partai Republik, bagaimanapun, pasti akan meminta Presiden Obama menghentikan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

"Amerika harus menunjukkan kepemimpinan di panggung dunia dan bekerja untuk mengarahkan negara berkembang menuju negara yang modern dan demokratis," kata mantan Gubernur Massachusetts Mitt Romney, calon presiden Partai Republik terkemuka. "Ini berarti Presiden Obama harus menggunakan tekanan yang lebih keras, dan tidak membiarkan saat kebebasan suara dan perbedaan pendap diserang", ujarnya.

Gedung Putih sebelumnya mengatakan al-Assad "kehilangan legitimasi," namun menolak menyebut secara eksplisit untuk kejatuhannya. Pejabat senior pemerintah menekankan dalam seruannya melalui konferensi dengan wartawan hari Kamis, ingin memastikan adanya koordinasi internasional, dan mempersiapkan langkah-langkah baru sanksi sebelum melangkah mengakhiri kekausaan al-Assad.

Sanksi baru AS itu merupakan "tindakan yang sangat keras," kata Andrew J. Tabler, pakar pada Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat. "Ini juga belum pernah terjadi sebelumnya. Tabler mengatakan, bahwa langkah-langkah Amerika Serikat itu, merupakan "pukulan yang menghancurkan."

Andfrew Tabler mengatakan 90% penjualan minyak Suriah ke negara-negara Uni Eropa, dan dia mencatat Uni Eropa dalam pertemuan Jumat ini, nampaknya akan melakukan hal yang sama, seperti yang telah dilakukan oleh Amerika. Minyak dan gas memberikan sumbangan sekitar seperempat ekonomi Suriah, menurut Dana Moneter Internasional.

Seorang pejabat senior Amerika Serikat, diplomat, dan sejumlah anggota oposisi Suriah berpendapat, bahwa dalam beberapa minggu kedepan akan menjadi penting dalam hal memperkuat sanksi terhadap rezim, yang akan mengisolasi rezim Assad. Situasi ini akan menguntungkan kelompok oposisi di Suriah.

Kampanye terhadap kepemimpinan Suriah, yang melibatkan langkah-langkah diplomatik secara konsisten oleh Menlu Hallary Clinton dan Presiden Obama, mirip yang didasarkan kebijakan Amerika Serikat digunakan di Libya. Di mana pemerintah AS dibangun konsensus internasional untuk misi NATO untuk melindungi warga sipil.

Tapi pihak berwenang AS dan Eropa tetap menentang setiap intervensi militer di Suriah – berbeda dengan sikap mereka terhadap rezim Muammar Gaddafi di Libya.

Beberapa negara Timur Tengah memiliki hubungan tradisional dengan Suriah, termasuk Turki dan Arab Saudi, telah berkonsultasi dalam beberapa pekan terakhir, menurut pejabat senior pemerintah, langkah-langkah yang akan diambil mereka bertujuan menghentikan kekerasan di negeri itu.

Sementara itu, Dewan Keamanan PBB mengadakan konsultasi dengan pejabat Suriah hari Kamis, dan anggota dewan dijadwalkan untuk mendapat pengarahan oleh komisaris tinggi organisasi hak asasi manusia, Navi Pillay.

Pejabat PBB Pillay akan memberikan penilaian situasi, meskipun karena adanya desakan Presiden al-Assad pada Rabu, bahwa militer dan polisi telah berhenti melakukan operasi terhadap para demonstran anti pemerintah.

Sebuah misi pencari fakta PBB mengumumkan hari Kamis bahwa telah menyatakan Suriah bersalah, dan melakukan pelanggaran hak asasi manusia, dan mungkin kasus kekerasan yang terjadi di Suriah akan dibawa ke Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC) untuk mengadili terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam kejahatan.

Keruntuhan rezim Bashar al-Assad hanya menunggu waktu, dan saat kejatuhannya tidak terelakkan lagi. Karena seluruh masyarakt internasional telah menolak, dan meminta turun dari jabatannya. (mas)