Hersubeno Arief: Pak Wiranto, Apa Tidak Ingin Husnul Khotimah?

Bagaimana mungkin hanya dalam waktu kurang dari tiga tahun menjadi pembantu Jokowi,  dia berubah menjadi seorang true believer. Seseorang yang bertindak secara tidak rasional, benar salah membela Jokowi. Pejah gesang, nderek Jokowi?

Mengapa dia seakan menutup mata, telinga dan nuraninya yang paling dalam atas kebenaran?

Tidak kah dia melihat dengan  mata hati yang jernih,  bahwa hanya sebagian sangat kecil media yang masih bersikap kritis. Sebagian besar media sudah berhasil dikooptasi, ditundukkan, dan menjadi pendukung buta pemerintah.

Apakah dia tidak bisa bersikap lebih arif, para tokoh tersebut menyuarakan kebenaran dan mengingatkan pemerintahan Jokowi yang menyimpang jauh dari azas demokrasi.

Pemberangusan media dan pembungkaman tokoh oposisi adalah gaya pemerintahan Orde Baru. Wiranto pernah melakukan pengabdian panjang. Tak kurang 30 tahun.

Wiranto pernah menjadi ajudan, dan sampai pada puncak karirnya menjadi Menhankam/Panglima ABRI. Tokoh yang sangat berkuasa di luar Presiden Soeharto.

Namun diujung kekuasaannya  Pak Harto pada tanggal 20 Mei  1998 memanggil dan memberi Wiranto mandat yang luar biasa. Soeharto  terhitung tanggal 21 Mei 1998 akan mengundurkan diri dan Wiranto diangkat menjadi Komando Kewaspadaan dan Keselamatan.

Melalui Inpres Nomor 16 Tahun 1998 Wiranto sesungguhnya diberi mandat untuk menjadi penguasa berikutnya. Inpres itu sama seperti Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno kepada Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Soeharto.