Pasca Tragedi Mumbai, Yahudi India "Tiarap"

Tak ada yang menduga para pelaku serangan di kota Mumbai beberapa hari yang lalu, menjadikan gedung milik komunitas Yahudi Chabad Lubavitch sebagai salah satu target serangan mereka. Akibat serangan itu, enam orang Yahudi tewas, termasuk Rabbi Gavriel Hotlzberg dan istrinya, Rivkah. Sementara anak mereka Moshe, yang tanggal 29 Novemeber kemarin genap berusia dua tahun, selamat.

Serangan ke gedung pusat komunitas Yahudi di Mumbai, membuka mata dunia bahwa India telah menjadi salah satu pusat bagi komunitas Yahudi. Chabad Lubavitch sendiri adalah organisasi Yahudi ortodoks yang berbasis di New York. Apa aktivitas komunitas Yahudi ini di India dan sejauh mana tragedi Mumbai akan mempengaruhi sepak terjang kelompok ini?

Diterbangkan ke Israel

Senin pagi kemarin, berlangsung acara doa di Keneseth Eliyahoo, sebuah sinagog bercat hijau yang usianya sudah 124 tahun. Acara doa dihadiri oleh komunitas Yahudi di Mumbai, sebagai penghormatan terakhir pada enam orang Yahudi yang tewas dalam tragedi berdarah di kota Mumbai pekan kemarin.

Saat doa bersama, Moshe terlihat menangis di pangkuan kakeknya dan memanggil-manggil ibunya. Moshe adalah putera Rabbi Holtzberg yang tewas dalam insiden Mumbai. Moshe berhasil diselamatkan oleh pengasuhnya bernama Sandra Samuel dan tukang masak keluarga Holtzberg, Zakir Husain.

"Semua orang menangis. Ini adalah saat-saat sulit bagi komunitas kami. Kami belum pernah mengalami hal seperti ini," kata Reena, seorang Yahudi Mumbai.

Keenam orang Yahudi, termasuk warga Israel yang tewas tewas diterbangkan ke Israel dengan penerbangan khusus pada Senin malam. Para pemuka agama Yahudi di Israel sudah menyiapkan upacara khusus untuk pemakaman mereka pada hari Selasa.

Menurut cerita Sandra Samuel-pengasuh Moshe-ia bersembunyi di toilet di lantai bawah ketika sekelompok orang bersenjata menyerbu gedung Chabad Lubavitch hari Rabu, pekan kemarin. Ia lalu mendengar suara tangisan Moshe dari lantai atas. Samuel segera naik ke lantai atas dan menemukan Moshe bersimbah darah, disamping kedua orangtuanya yang sudah tergeletak tak bernyawa dan dua orang Yahudi lainnya.

Rabbi Holtzber dan istrinya, Rivka adalah pengelola gedung pusat komunitas Yahudi berlantai empat itu. Pasangan itu pindah dari Brooklyn, New York ke India pada tahun 2003. Mereka menawarkan akomodasi berupa penginapan dan makanan bagi orang-orang Yahudi yang berkunjung ke India.

Eksistensi Yahudi di India

Saat ini, sekitar 90 persen komunitas Yahudi di India tinggal di kota Mumbai dan daerah pinggiran Thane. Mereka dikenal sebagai komunitas yang tidak terlalu menonjolkan identitasnya dan sejak tragedi Mumbai jadi makin tertutup. Beberapa pusat komunitas Yahudi dan balai-balai latihan kerja milik Yahudi menolak berbicara bahkan tidak mau memberikan alamat tempat mereka berada.

"Jelas ada rasa ketidaknyamanan. Ada perasaan bahwa komunitas mereka berada dalam bahaya," kata Ruth Krisna, seorang Yahudi Mumbai yang pernah mengelola rumah sakit.

Pertambahan jumlah Yahudi di India termasuk cepat. Awal tahun 1960-an, jumlah Yahudi di India hanya 30.000 orang. Kelompok Yahudi pertama-Bani Israil-masuk ke India sekitar 2000 tahun yang lalu. Selanjutnya, komunitas Yahudi di India kebanyakan datang dari wilayah yang sekarang dikenal dengan nama negara Irak, Iran, Afghanistan dan negara-negara Arab lainnya.

Banyak diantara komunitas Yahudi ini yang kemudian bermigrasi. Dipekirakan lebih dari 50.000 Yahudi India kini tinggal di Israel atau menikah dengan orang di luar komunitas Yahudi di India.

Di Mumbai, komunitas Yahudi memiliki sembilan sinagog dan membangun sejumlah sekolah, pusat-pusat komunitas Yahudi dan lembaga-lembaga pelatihan ketrampilan. Mayoritas Yahudi di India, mencari nafkah dengan bekerja sebagai pegawai atau membuka usaha sendiri.

Paska serangan ke Chabad Lubavitch, banyak Yahudi India yang mengaku takut bersikap terbuka atas identitas mereka. Mereka takut menjadi korban serangan.

"Rasanya tidak nyaman sekali. Saya Yahudi India dan menikah dengan lelaki India yang beragama Hindu. Saya memakai simbol Bintang David dan tidak berpikir untuk menyembunyikannya. Tapi tiba-tiba, saya merasa khawatir mengenakannya. Saya merasa tidak aman," aku Reena, seorang Yahudi yang lahir di India.

Reena mengungkapkan, komunitas Yahudi India tidak pernah mengalami tindakan anti-semit. India dan Israel kata Reena, menjalin hubungan yang erat. Tapi setelah tragedi Mumbai, Reena mengaku harus lebih berhati-hati terhadap kemungkinan serangan teror. "Sekarang ini nampaknya saya harus hati-hati sebagai seorang Yahudi," ujarnya.

Seorang pemuka komunitas Yahudi lainnya, Jonathan Solomon mengaku tak percaya komunitas mereka menjadi target serangan, meskipun sudah bertahun-tahun beberapa orang mengingatkan kami agar hati-hati.

Selama ini, hubungan komunitas Yahudi dengan komunitas agama lainnya di India, termasuk Muslim dan penganut Hindu, cukup dekat. Beberapa komunitas Yahudi bahkan tinggal di beberapa wilayah yang mayoritas warganya umat Islam, seperti di Dongri dan Byculla. Beberapa sekolah umum milik Yahudi di Mumbai, sebagian besar siswanya juga Muslim yang tinggalnya di sekitar sekolah tersebut.

"Kami tidak menjadi bagian dari kebencian yang timbul antara komunitas Muslim dan Yahudi seperti yang terjadi di Timur Tengah. Tapi tragedi Mumbai menimbulkan trauma bagi komunitas Yahudi India. Sekali kami sukses menjadi target teroris, maka kami akan menjadi komunitas yang rawan menjadi sasaran teroris selanjutnya," ujar Solomon yang mengelola firma hukum berusia 100 tahun milik keluarganya, di Mumbai Tengah.

Siapa Pelakunya?

Sampai detik ini belum ada titik terang siapa sebenarnya dalang dari tragedi Mumbai, meski para pejabat pemerintahan India menuding kelompok Islam pro-Kashmir asal Pakistan terlibat dalam serangan berdarah itu sehingga menimbulkan ketegangan baru hubungan antara India-Pakistan.

Media massa juga melaporkan tentang kemungkinan keterlibatan intelejen Pakistan, termasuk lembaga Inter Services Intelligence (ISI) tanpa mengelaborasi lebih jauh bahwa ISI menjalin kerjasama yang erat dengan CIA dalam setiap operasinya sehingga pemberitaan mengenai dugaan pelaku serangan Mumbai jadi sangat bias. Media massa terlanjur membentuk opini masyarakat bahwa pelaku tragedi Mumbai punya hubungan dengan al-Qaida, dengan elemen-elemen militan di Pakistan dan disponsori oleh negara Pakistan dengan ISI-nya. Ujung-ujunganya masyarakat jadi yakin bahwa "perang melawan teror" yang selama ini dikampanyekan AS memang harus dilanjutkan.

Tuduhan media massa terutama terhadap ISI-itupun jika tuduhannya benar-tidak diimbangi dengan informasi yang cukup tentang ISI, bahwa faktanya ISI adalah proxi CIA dan badan intelejen Inggris dan ISI tidak akan melakukan operasi intelejen tanpa persetujuan dari CIA, badan intelejen AS. Jadi, jika memang benar ISI terlibat, bisa dipastikan AS tahu keterlibatan itu bahkan mungkin ikut merancang operasinya. Wallahualam.  (ln/bbc/globalresearch)