Perbedaan “Royal Wedding” dengan “Pernikahan Royal”

Poin yang menarik dari Fahri adalah bahwa Jokowi sejak awal menggagas “revolusi mental”. Poin ini sah-sah saja untuk diangkat mengingat anjuran revolusi ini termasuk mengubah mentalitas megalomania. Sekali lagi, wallahu a’lam.

Hanya dua hal yang menarik perhatian saya. Pertama, pengerahan satuan keamanan yang jumlahnya, konon, mencapai lebih 3,500 personel (polisi dan tentara). Yang kedua, pengerahan relawan Jokowi dari seluruh Indonesia yang jumlahnya cukup banyak juga, sekitar 6,000 orang. Mereka diundang datang ke Solo. Kalau kedua hal ini mau dijawab dengan “logika”, tentu bisa saja.

Jokowi menyatakan “kekagetan” terhadap jumlah yang hadir; mereka datang melalui “perjuangan berat” untuk sampai ke Solo. Tetapi kemudian, ada agenda konsolidasi nasional para relawan itu. Bagaikan sudah dipersiapkan. Artinya, tak harus “kaget”.

Para relawan itu kemudian mendapatkan pengarahan dari Menko Kemaritiman Luhut B Pandjaitan (LBP) di Asrama Haji, Solo. Pak LBP menguraikan prestasi Presiden Jokowi. Ada terasa suasana politis di celah-celah kegiatan Perkawinan Royal ini.

“Sekali dayung, dua-tiga pulau terlampau,” kata pepatah. “Sambil menyelam, minum air.”

Penulis: Ansyari Usman, Wartawan Senior (kl/ts)

https://m.eramuslim.com/resensi-buku/pekan-discount-buku-20-untuk-buku-buku-ini-stok-terbatas.htm