Pertarungan Politik, Israel Diambang Krisis

Kekalahan Israel dalam perang 33 hari melawan pejuang Hizbullah di Libanon, ternyata berdampak serius bagi kondisi dalam negeri Israel. Perlahan tapi pasti rezim Zionis itu jatuh dalam krisis multi dimensi, mulai dari krisis kepercayaan, ekonomi dan politik. Krisis makin mendalam ketika Perdana Menteri Ehud Olmert harus berurusan dengan pengadilan karena terlibat kasus suap, hingga akhirnya menyatakan mundur sebagai ketua Partai Kadima, partai yang saat ini berkuasa di Israel.

Pernyataan mundur Olmert memaksa Partai Kadima melakukan pemilihan ketua baru, dimana Tzipi Livni-menteri luar negeri Israel- keluar sebagai pemenang. Namun kemenangan Livni, bukan kemenangan mutlak karena pemilihan ketua partai kemarin hanya diikuti setengah dari anggota partai, yang menunjukkan adanya perpecahan di tubuh partai yang didirikan mantan perdana menteri Ariel Sharon itu.

Sampai hari ini, Livni masih melakukan lobi-lobi tidak resmi terhadap seluruh elemen politik di Israel, termasuk partai Likud pimpinan Benyamin Netanyahu yang menjadi rival utama Partai Kadima, untuk membentuk pemerintahan. Dan nampaknya Livni mengalami kesulitan untuk menggalang koalisi karena sampai hari ini belum ada tanda-tanda pemerintahan koalisi Livni akan segera terbentuk. Sementara tenggang waktu 42 hari untuk membentuk pemerintahan baru, terus melaju dan Presiden Shimon Peres sudah mendesak Livni agar segera menyusun pemerintahan baru itu.

Israel Masuki Masa Kritis

Para analis politik berpendapat Israel saat ini sedang berada dalam masa-masa kritis karena terjadi kevakuman dan ketidakstabilan politik di dalam negerinya. Israel tinggal bersiap diri untuk memasuki tahap paling berbahaya di dalam negerinya  berupa friksi politik dan perang kekuasaan antara partai-partai yang saling cari pengaruh.

Indikasi ini sudah terbaca dari sikap Benyamin Netanyahu yang jelas-jelas menunjukkan sikap keengganannya untuk bergabung dengan koalisi pemerintahan Livni. Netanyahu lebih menginginkan pelaksanaan pemilu sebelum dibentuk pemerintahan yang baru. Sementara di partai berpengaruh lainnya, Partai Buruh terjadi perpecahan suara antara yang mendukung pemerintahan koalisi Livni dan mendukung Netanyahu. Dan perlu diingat, di tubuh Partai Kadima sendiri telah terjadi friksi.

Yang jelas, jika Livni gagal membentuk pemerintahannya, Presiden Israel bisa menginstruksikan orang lain untuk melakukannya, atau yang paling pahit parlemen Israel mengabulkan percepatan pemilu.

Pun jika Livni berhasil membentuk pemerintahan baru, ia masih haru menghadapi tantangan-tantangan berat. Antara lain krisis ekonomi Israel sebagai dampak dari krisis finansial secara global. Meski perekonomian Israel didukung perusahaan-perusahaan berteknologi canggih, namun di level masyarakatnya terjadi kesejangan sosial yang cukup dalam antara yang kaya dan yang miskin. Ketimpangan sosial ini adalah konsekuensi yang harus dibayar Israel karena mulai meninggalkan konsep sosialis dan egalitarian ke konsep perekonomian kapitalis.

Tantang berat lainnya, Livni harus bisa mengakomodir aspirasi para politisi yang memiliki sikap berbeda-beda dalam menyikapi masalah Palestina. Persoalan berat jika Livni harus menghadapi para politisi yang menginginkan kebijakan keras terhadap masalah Palestina, sementara Livni termasuk orang yang lunak dalam menangani masalah Palestina. Livni bahkan mendukung penarikan mundur Israel dari wilayah pendudukan Tepi Barat, demi terwujudnya solusi dua negara.

Ramalan bahwa akan terjadi blunder politik di Israel, tidak terlalu berlebihan. Israel akan mengalami fenomena kekisruhan politik dalam beberapa hari mendatang. Pembentukan pemerintahan baru tidak menjamin bisa mengatasi krisis negara ilegal yang berdiri tahun 1948 itu. Krisis di Israel ini, akankah ini menjadi titik terang bagi negosiasi-negosiasi perdamaian Palestina-Israel untuk mewujudkan Negara Palestina yang merdeka dan independen? Seharusnyalah, otoritas pemerintahan Palestina memanfaatkan situasi ini untuk lebih kuat melakukan tekanan pada Israel agar mengakhiri penjajahan dan penindasannya terhadap bangsa Palestina. (ln/berbagai sumber)