Pinjol

Mereka tidak hanya menciptakan ekosistem digital dan inklusi keuangan tapi juga mendorong budaya hidup baru. Gaya hidup konsumtif, serbainstant, mementingkan penampilan, dsb.

Mereka merayu masyarakat dengan iklan dan publikasi bertubi-tubi bahwa life-style ‘modern’ seperti itulah yang ideal untuk dicapai. Untuk mencapainya, jika Anda tidak punya uang sekarang, berutanglah di situ.

Celakanya, Presiden Jokowi memfasilitasi itu semua. Apalagi Menteri BUMN adalah adik komisaris Gojek.

Gojek dapat suntikan Rp 6,4 triliun dari BUMN Telkomsel. Gojek merger dengan Tokopedia. Pemegang saham Gojek salah satunya pengendali Bank Jago. Astra, produsen otomotif, juga pemegang saham Gojek.

Jadi lengkap sudah: Anda beli kendaraan di Astra, pakai leasing mereka punya, asuransinya pun di situ. Anda salam satu aspal bekerja menjadi mitra (tanpa status ketenagakerjaan sesuai undang-undang) mati-matian buat mencicil, kendaraan rusak, spare part beli di situ juga. Ketika Anda kehabisan nafas, Anda pinjam di pinjol Tokopedia. Terjerat utang. Stress!

Bisa jadi satu-satunya benda yang Anda miliki secara tunai adalah gambar tempel di motor/mobil Anda.

Itu kenyataannya, meskipun kalau Anda baca beritanya adalah atas nama revolusi digital, inklusi keuangan, economy-sharing, orkestrasi. Manis betul kecapnya!

Terus apa solusinya? Ya, ndak tahu, kok, tanya saya. Begitu, kan, celotehan sang jenius, biasanya.