Politik AS Di Bawah Bayang-Bayang Israel

Saat penyerangan Israel ke Gaza, AS yang selama ini memposisikan diri sebagai polisi dunia diam tak berkutik. Kebiasaan turun tangan atas setiap permasalahan internasional untuk memajukan kesejahteraan umum, menjaga keamanan bangsa-bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia tidak terlihat sama sekali saat agresi Israel tanggal 27 Desember 2008-16 Januari 2009. Tak peduli dengan ribuan nyawa melayang. Bom White Posporus masih terus bertabur di langit Gaza menggoreskan luka bakar kimia pada kulit, daging, tulang dan juga jiwa. Helikopter-64 Apache masih meraung-raung mencari korban. Helikopter Armament belum puas menembakkan Hydra 70 FFAR rockets, dan MQ-1 Predator, sebuah pesawat tempur udara tak berawak(UAV) juga masih aktif ronda di langit Palestina.

Pemerintah AS yang saat itu masih dikomandoi oleh Bush mendukung serangan ini. Ia berharap Israel mampu menuntaskan Hamas. Dewan Senator AS pun turut mendukung atas penyerangan Israel. Dalam situs berita An-Naba, edisi (19/1) disebutkan sejauh mana kekuatan Lobi Yahudi di gedung putih atau The American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) mempengaruhi keputusan pemerintah AS. Loyalitas pemerintah AS terhadap Israel telah dibuktikan sejak 61 tahun yang silam. AS adalah negara yang pertama mengakui eksistensi negara Israel tahun 1948, sebelas menit setelah proklamasi berdirinya negara rampasan di tanah jajahan itu diumumkan.

AS juga masih aktif memberikan pasokan senjata untuk Israel saat serangan kemarin(islammemo.cc). Belum lagi bantuan dana yang berjumlah sekian milyar USD pertahun. Tidak ketinggalan untuk kebijakan-kebijakan luar negeri, ekonomi, politik, sosial, media informasi dan banyak hal lainnya yang lebih berpihak kepada kepentingan kaum zionis. Paling tidak ada dua kepentingan besar yang ingin dicapai kaum Yahudi setelah Kongres Zionisme Internasional di di Basel tahun 1947. Kecenderungan politik mereka bekerja ke dua arah, yang satu dilakukan secara diam-diam untuk membentuk dan menguasai negara-negara non Yahudi di seluruh dunia, sementara yang kedua adalah membentuk negara Yahudi di Palestina.

Agaknya kita perlu sejenak bertanya mengapa AS dan Israel bisa berkolaborasi? Dan sejauh mana peran Yahudi dalam campur tangan politik AS? Secara sederhana mungkin bisa kita katakan karena ada persamaan kepentingan diantara keduanya. Namun secara lebih jauh, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan terkait dengan sisi historis, akidah, ekonomi dan informasi yang menyebabkan AS begitu dekat dengan Israel.

Dari Sisi Sejarah

Dalam buku "Zionisme; Gerakan Menaklukkan Dunia", Z.A. Maulani menyatakan bahwa awal hubungan orang Yahudi dan Amerika sudah dimulai sejak pendaratan Christopher Colombus (1451-1506) di "Dunia Baru" tanggal 12 Oktober 1492. Ekspedisi maritim ini membawa tiga kapal layar: kapal Santa Maria sebagai kapal bendera, diikuti oleh dua kapal yaitu Nina dan Pinta. Colombus membawa beberapa orang Yahudi untuk ikut berlayar bersamanya. Colombus dan sahabat-sahabat Yahudinya mendapatkan hak-hak Istimewa dari pemerintah Spanyol atas jasa-jasa mereka. Sejak saat itu, arus migrasi orang Yahudi berlangsung dengan sangat deras ke Amerika Selatan, terutama ke Brazil. Saat akhir Perang Dunia I, jumlah imigran Yahudi di AS telah mencapai 4 juta jiwa. Jumlah ini terus bertambah seiring dengan berlalunya waktu. Warga AS saat ini banyak yang terdiri dari keturunan Yahudi. Mereka termasuk pemilik awal negeri subur makmur yang diberi nama sesuai nama ilmuan italia, Amerigo Vespucci, itu. Dan setiap kebijakan pemerintah tidak boleh berseberangan dengan kepentingan mereka.

Dari Sisi Akidah

Keyakinan Kristen Protestan adalah keyakinan yang banyak tersebar di AS saat ini (islammemo.cc). Aliran kepercayaan ini awalnya dibentuk sebagai reaksi protes terhadap beberapa aturan yang terdapat dalam aliran kristen katolik, juga sebagai usaha melahirkan agama baru untuk memuluskan beberapa kepentingan Yahudi. Marthin Luther, seorang pendeta Yahudi yang mempelopori lahirnya ajaran ini pada abada ke 16, menulis sebuah buku di tahun 1523 dengan judul "That Jesus Was Born a Jew" (Al-Masih Terlahir Sebagai Yahudi) dan menyebarkan pemikiran yang semakin mengukuhkan keyakinan orang Yahudi akan eksistensi mereka. Diantara pemikiran tersebut, seperti disebutkan oleh Dr. Raghib As-Sirjani dalam bukunya Bainattarikh Wal Waqi’, ada dua pemikiran Luther yang paling penting dan menginspirasi orang-orang Yahudi saat ini. Pertama, Luther menyatakan bahwa kitab perjanjian baru telah mengalami penyimpangan. Oleh karena itu, menurutnya, kita wajib berpegang kepada ajaran perjanjian lama yang masih utuh dan tidak mengalami perubahan. Sementara perjanjian baru itulah Taurat. Sehingga kitab suci bagi orang-orang protestan adalah Taurat. (Padahal baik perjanjian baru maupun perjanjian lama sama sama mengalami banyak perubahan dan penyimpangan). Kedua, Luther menyatakan bahwa agar Al-Masih bisa kembali ke dunia, maka harus disiapkan negeri untuk kaum Yahudi di Palestina. Tanpa adanya negeri itu, maka Al-Masih tidak akan turun. Oleh karena itu, siapa saja yang cinta kepada Al-Masih maka ia harus membantu perjuangan Yahudi merebut tanah Palestina. Keyakinan ini bahkan menjadi bagian dari akidah yang tidak boleh diganggu-gugat. Maka bagi warga dan pemerintah AS, perjuangan Israel mengambil paksa tanah Palestina adalah bagian dari bukti cinta mereka untuk merebut kembali tanah yang dijanjikan. Sementara Obama saat awal ia terpilih telah menyatakan bahwa ia adalah seorang Protestan dan akan mengamalkan seluruh ajaran agamanya.

Dari Sisi Ekonomi

Saat ini, badan usaha milik swasta yang berperan sebagai pengatur utama dan penguasa institusi perbankan AS adalah The US Federal Reserve, atau biasa disingkat dengan "The Fed". Kedudukan tunggalnya yang terpenting adalah menetapkan kebijakan moneter sehingga mempengaruhi jalannya daur bisnis di AS. Saham Utanma badan usaha ini dimiliki oleh para bankir Yahudi. Melalui wewenang yang mereka miliki, mereka dengan mudah mengontrol kebijakan-kebijakan moneter di AS. Bahkan IMF maupun Bank Dunia telah menjadi instumen kekuasaan yang digunakan oleh Zionis untuk menghancurkan negara-negara yang berdaulat agar tidak menjadi lebih baik. Millioner Yahudi di AS, Mayer Amschel Rothschilds, pernah menyatakan, "Berikan saya kesempatan mencetak dan mengendalikan keungan suatu bangsa, dan dengan itu saya tidak peduli siapa yang membuat hukum di negeri itu".

Dari Sisi Media Informasi

Menarik apa yag ditulis oleh Dr. Raghib As-Sirjani tentang peran pers Yahudi dalam kepemimpinan AS bahwa sejak awal, orang-orang Yahudi yang bermigrasi ke Amerika telah menyadari akan besarnya peran pers dan jurnalistik. Saat mereka tiba di Amerika pada migrasi ke tiga tahun 1880, mereka memilih untuk tidak terlalu mengambil posisi dalam persoalan perdangan. Mereka lebih mengedepankan pers yang kelak akan menjadi corong suara mereka kepada dunia. Z.A. Maulani menyatakan, paling tidak ada tiga surat kabar kelas dunia yang menentukan arah pemberitaan dan pengambilan keputusan oleh tokoh-tokoh di seluruh negara di dunia saat ini. Koran yang lain sekedar menyalin dan meneruskannya ke seluruh dunia. Ketiga harian tersebut adalah The New York Times, the Wall Street Journal dan the Washington Post. Ketiga harian ini adalah milik pemodal Yahudi. Demikian pula siaran berita CNN, NBC, CRS, RCA, ABC Television, dan banyak saluran TV lainnya. Tidak ketinggalan kantor berita terbesar dunia, Reuters.

****

Zionisme Yahudi telah menancapkan kukunya dengan kuat di AS, sehingga sulit bagi pemerintah yang ada di sana untuk keluar dari cengkraman ini. Obama sendiri naik atas dukungan Zionis. Dukungan ini ia dapatkan antara dari media cetak dan elektronik yang dikuasai oleh yahudi, badan ekonomi AS dan dunia seperti Multinational Coorporation (MNC) atau Transnational Coorporation (TNC). Ia juga mendapat dukungan dari kampus dan mahasiswa, seperti the Jewish Council for Public Affairs dan dari tokoh-tokoh Yahudi seperti Bill Clinton, Jhon Kerry, Colin Polwell dan Scott McClellan. Maka tak ada kata bagi Obama selain ikut tunduk pada peraturan Yahudi.

Adalah Jhon F. Kennedy yang berani bersuara lantang bersilang kata dengan kekuatan Yahudi yang ada. Dialah presiden Katolik pertama AS (naik tahun 1963) dan sempat bentrok kepentingan dengan PM Israel ketika itu, David Ben-Gurion. Pasalnya adalah Kennedy memperlihatkan sikap yang oleh Israel dianggap tidak menyutujui program nuklir karena menanyakan soal reaktor Dimona milik Israel. Israel memutuskan untuk menghilangkan rintangan tersebut dan Mossad diduga terlibat dalam tindak pembunuhan terhadap presiden Kennedy tahun 1963 itu juga.

=============

Profil Penulis :

Umarul Faruq Abubakar, kelahiranTilamuta, 30 Juni 1985, sekarang berstatus sebagai mahasiswa Universitas Al-Azhar-Mesir, fakultas Syariah Wal Qanun jurusan Perbandingan Mazhab Aktifitas : Koordinator Divisi Kajian Studi Informasi Alam Islami (SINAI), Majlis Penelitian dan Pertimbangan Relation Perpustakaan Mahasiswa Indonesia (PMIK) , Koordinator Departemen Keilmuan dan Kepakaran Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Orsat Kairo