Sang Juru Selamat Palsu (Manipulasi Uang dan Perbudakan Ekonomi)

Manipulasi uang adalah bisnis kejahatan dunia perbankan yang menginduk kepada lembaga keuangan internasional, dijalankan secara sistematis, terstruktur dan canggih dengan konsep berkedok bantuan pinjaman ekonomi kepada negara-negara yang sedang dilanda krisis.

Dunia perbankan dengan kebijakan yang berwatak eksploitatif, mengucurkan bantuan pinjaman dana kepada banyak negara, memberikan kredit dengan suku bunga kepada masyarakat yang membutuhkan modal usaha dan berbagai keperluan ekonomi lainnya.

Dalam History of Money, buku yang membongkar kejahatan sistematis gerakan zionisme untuk menjajah dunia melalui manipulasi uang, penulisnya adalah Andre Hitchcock yang menulis bestseller The Sygnagogue of Satan.

Andre Hitchcock dalam History of Money mendeskripsikan sebuah rencana rahasia Zionis International yang dibongkar secara runut dalam bahasa yang mudah dicerna tentang kejahatan sistematis Zionisme yang berambisi mengendalikan dunia dan menciptakan tatanan ekonomi global di bawah tali kendali lembaga keuangan internasional.

Ketika sebuah negara yang menjadi target ambruk oleh krisis ekonomi, eksistensi lembaga keuangan internasional menjadi semakin kuat oleh legitimasi para ekonom sekuler yang melakukan akrobatik istilah.

Para ekonom sekuler menyebutnya dengan istilah resesi dan depresi. Padahal sejatinya, semua itu adalah kebohongan besar, sebuah upaya tipu daya muslihat yang dibungkus diksi dalam terminologi dunia ekonomi.

Resesi dan depresi selalu terjadi bila Bank Central terus menerus memanipulasi jumlah uang yang beredar.

Tujuan utama Bank Central menciptakan resesi dan depresi ekonomi tidak lain untuk menggiring kekayaan masyarakat, dan memastikan semakin banyak kekayaan masyarakat yang dipindahkan ke dalam sistem perbankan.

Bank Central di zaman modern dan para pedagang uang di zaman Romawi adalah saudara kembar yang lahir dari rahim ekonomi kapitalisme-liberal.

Mantan Kepala Ekonomi World Bank yang juga mantan Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Presiden Amerika Serikat Bill Clinton, Profesor Joseph Stiglitz merumuskan konsep neo kolonialisme yang dijalankan oleh lembaga keuangan internasional dan tentu saja semata-mata berpihak pada kepentingan World Bank.

Konsep yang dirancang Stiglitz tak ubahnya sistem perbudakan ekonomi kepada bangsa-bangsa di dunia.

Konsep perbudakan ekonomi Stiglitz yang tertuang dalam ‘Strategi Empat Langkah’ telah melambungkan popularitas Joseph Stiglitz dan pernyataannya selalu diburu oleh media massa international.

Langkah Pertama dalam ‘Strategi Empat Langkah’ yang dirumuskan Joseph Stiglitz adalah Privatisasi.

Di balik privatisasi selalu terselip “tawaran” tersembunyi kepada para pemimpin nasional sebagai fee dari pihak perbankan, yakni komisi sebesar 10% apabila privatisasi dilakukan pemerintah.

Komisi 10% tersebut aman tersimpan di rekening rahasia Bank Swiss sebagai bentuk pertukaran untuk memotong sekian miliar dollar dari harga aset nasional atau BUMN yang dijual kepada pihak swasta.

Privatisasi adalah kongkalikong yang mengenakan jas penyelamatan ekonomi nasional antara lembaga keuangan internasional dan para komprador.

Wajah asli privatisasi adalah pesta pora gratifikasi dan perampokan aset nasional yang dilakukan pemerintahan cleptokrasi dengan mengenakan topeng ekonomi.

Langkah Kedua adalah Liberalisasi Pasar Modal. Stiglitz menyebutnya sebagai siklus “uang panas” dengan maksud dan tujuan untuk membatalkan hukum pajak uang yang melebihi batas.

Skema dan mekanisme liberalisasi pasar modal yang dirancang Stiglitz dengan memasukan kas dari luar negeri melalui investasi yang disuntikan ke sebuah negara yang sedang sekarat untuk dimainkan para spekulan di sektor real estate, termasuk mata uang.

Selanjutnya saat perekenomian negara yang menjadi target liberalisasi pasar modal menghembuskan angin segar, uang dari luar negeri ditarik kembali dan efek domino yang ditimbulkan dari penarikan uang investasi tersebut menyebabkan ekonomi negara tersebut runtuh dan adegan endingnya menjadi budak International Monetary Fund (IMF).

Bagai Sang Juru Selamat Palsu yang datang untuk menyelamatkan umat manusia dari kehancuran ekonomi global, IMF menawarkan bantuan kepada banyak negara yang dilanda krisis ekonomi dengan berbagai persyaratan dan ketentuan yang sangat sulit untuk ditolak, diantaranya menaikkan suku bunga yang semula 30% menjadi 80%.

Banyak negara kedaulatan ekonominya ambruk, seperti negara-negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia serta Amerika Latin yang menjadi target kejahatan lembaga keuangan internsional karena memiliki kekayaan sumber daya alam yang tak terkira, tetapi akibat salah tata kelola akhirnya jatuh menjadi korban perbudakan ekonomi IMF.