Sejarah Pengkhianatan PKI Akan Dihapus?

Anak atau cucu PKI berada di mana-mana baik birokrasi atau parlemen. Menjadi pengusaha atau mungkin rohaniawan. Mereka potensial untuk membangkitkan spirit perjuangan orang tua atau leluhurnya. Apalagi dengan dukungan penuh Partai Komunis China yang terasa semakin akrab saja dengan istana dan partai berkuasa.

Bahaya bangkit Neo PKI dan komunisme jangan diremehkan. Fenomena pelecehan agama yang semakin marak, isu radikalisme umat beragama, hingga RUU HIP dan BPIP adalah tanda kebangkitan itu. Sejarah penyusupan dan pemberontakan PKI tahun 1926, tahun 1948, dan tahun 1965 adalah bukti bahwa PKI dan komunisme itu selalu gigih dalam berjuang. Pengulangan adalah hukum yang absolut.

Pak Menteri, jangan hapus pelajaran sejarah dari kurikulum SMK dan SMA karena menghapus artinya membodohi generasi muda dan membuka peluang bagi pemutarbalikkan fakta sejarah. PKI yang penghianat dicitrakan sebagai korban. TNI dan umat Islam yang menjadi korban dipropaganda sebagai penindas. PKI memang pandai menipu.

Menjelang mengenang sejarah hitam bangsa akibat penghianatan G 30 S PKI maka presiden sebaiknya berpidato resmi untuk meminta agar  rakyat selalu waspada akan bangkitnya Neo PKI dan komunisme. Bila tidak dan masa bodoh atau bahkan sampai menyatakan bahwa PKI itu tidak ada dan tak mungkin tumbuh kembali, maka jangan salahkan jika rakyat mungkin meragukan kebersihan dirinya dari pengaruh PKI dan komunisme tersebut.

Sejarah merupakan bukti dari suatu perbuatan yang membangun atau menghancurkan. PKI dan komunisme adalah musuh agama, tentara, dan ideologi Pancasila. Musuh dari seluruh rakyat Indonesia.

(Penulis: M. Rizal Fadillah, Pemerhati politik dan kebangsaan)