Soal Rekonsiliasi Jokowi dan Prabowo, Teringat Perang Shiffin

Eramuslim.com – Mendengar pemberitaan terkait permintaan Luhut Binsar Panjaitan (LBP) untuk bertemu Prabowo Subianto (PS), saya jadi teringat Perang Shiffin, perang antara pasukan Muawiyah bin Abu Sofyan dengan Ali bin Abi Thalib. Menyikapi permintaan LBP, PS disarankan oleh banyak tokoh untuk tidak menerima LBP, karena dinilai lebih banyak madaratnya.

Perang Shiffin terjadi sebagai impact atas terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan. Saat itu Ali yang dibay”ah menjadi Khalifah pengganti Usman, dinilai lambat dalam mengusut kematian Usman. Perang Jamal antara pasukan Aisyah dengan pasukan Ali tak terelakan. Penyebabnya, Aisyah juga menuding Ali lambat dalam mengusut kematian Usman. Suasana semakin panas. Muawiyah (Gubernur Syam), sepupu Usman tak kunjung juga memberikan bay”ah terhadap Ali.

Muawiyah satu-satunya gubernur yang tidak mau berbay’ah. Bahkan Muawiyah mempolitisir kematian Usman, di mana jubah Usman yang berlumuran darah digantung di Alun-Alun Damaskus sambil membangun opini bahwa Ali berada di balik terbunuhnya Usman.

Karena Muawiyah tak juga mau berbay’ah, Ali memutuskan untuk mengirm pasukan guna memerangi Muawiyah. Rupanya Muawiyah meladeni dan menerima tantangan Ali. Muawiyah “menyewa” mantan Gubernur Mesir, Amr bin Ash. Sementara Ali memimpin langsung pasukannya. Akhirnya, kedua pasukan ini bertemu di Bukit Shiffin dan pertempuran pun terjadi.