Suara Langit Untuk Prabowo

Namun, setelah masalah mik teratasi, Mbah Moen masih terpeleset menyebut nama Prabowo. Kata orang-orang, Romi menjadi sedikit panik. Tetapi, Alhamdulillah, ralat doa bisa juga terlaksana.

Jadi, tujuan awal doa itu tidak ada yang membantah. Yaitu, untuk Pak Jokowi. Pastilah. Tak mungkin untuk Pak Prabowo. Dan Mbah Moen pun bermaksud mendoakan Pak Jokowi. Tidak ada yang bisa membantah ini.

Yang menjadi pertanyaan, apakah suasana batin Mbah Moen waktu itu lebih kuat tersambung ke Prabowo atau ke Jokowi? Ini yang tidak mudah dijawab dengan tulus. Pertanyaan lainnya, apa kira-kira yang menyebabkan Mbah Moen terpeleset mengucapkan “Prabowo” di atas nama “Jokowi” dalam ‘flow’ (aliran) yang terdengar lancar?

Kelihatannya kita perlu melakukan investigasi panjang-lebar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Sayangnya, hampir mustahil investigasi itu bisa dilakukan mengingat salah satu nara sumbernya adalah Mbah Moen sendiri.

Yang bisa kita lakukan hanyalah sebatas observasi. Sebagai contoh, di tengah intensitas kampanye pilpres yang sangat tinggi di seluruh Indonesia, khususnya di Jawa Tengah, saat ini, saya membayangkan Mbah Moen tak mau ketinggalan berita tentang itu. Seperti kita juga. Wallahu a’lam. Saya yakin beliau mengikuti jalannya kampanye yang boleh dikatakan ‘terseru’ dalam sejarah pilpres pasca-reformasi.

Saya menduga, Mbah Moen mungkin mendapat kabar juga betapa banyaknya kejanggalan dalam bentuk ketidakadilan yang dialami oleh paslon 02. Nah, mungkinkah akumulasi ketidakadilan yang sampai ke Mbah Moen itu mengusik nurani beliau? Sehingga nama Prabowo semakin ‘mengeras’ di dalam memori Tuan Guru? Wallahu a’lam. Ada kemungkinan.

Bagi saya pribadi, didasarkan pada persiapan kunjungan Jokowi ke pesantren Mbah Moen, yang pasti dilakukan secara cermat dan rapi, plus kertas doa yang sudah disiapkan oleh Tuan Guru, saya yakin ‘salah sebut’ dalam doa itu bukan sesuatu yang bisa dikatakan kesalahan ‘rehearsal’ (latihan).

Ada sesuatu yang ‘lebih’ dari itu. Subjektivitas saya cenderung menyebutnya sebagai “Suara Langit untuk Prabowo”.

*Penulis; Asyari Usman,  wartawan senior (kk/swamedium)