Suramadu, Menjembatani Kongsi Segitiga, Cina-Kanada-Jokowi

Eramuslim.com – Membaca kembali tumpukan berita lama terbitan edisi September 2017, ada yang menarik ketika dikaitkan dengan peresmiaan Jembatan Suramadu belum lama ini. Husky-CNOOC Madura Limited,. Operator lapangan BD, Blok Madura Strait, mulai mengalirkan gas bumi secara komersial sebanyak 40 juta kaki kubik per hari. Gas tersebut dijual ke PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk dengan harga US$ 7 juta per British thermal unit.

Sekadar informasi. Husky-CNOOC Madura Limited (HCML) mengolah gas tersebut di floating production storage and offloading (FPSO). Adapun FSO merupakan fasilitas terapung untuk mengolah minyak dan gas bumi dari pengeboran lepas pantai yang biasanya berbentuk kapal.

Menariknya, FSPO Karapan Armada Sterling III itu didatangkan oleh PT Armada Gema Nusantara (Perusahaan Penyedia FPSO asal Malaysia,  Bumi Armada) pada Januari 2017. Urut-urutan prosesnya ini juga tidak kalah menarik. Armada Gema Nusantara memesan FPSO dari Keppel Oil, perusahaan migas asal Singapura. Kemudian Armada Gema Nusantara menyewakan FSO kepada HCML. Cukup berbelit-belit bukan?

Abaikan dulu soal lika-liku proses bisnisnya. Mari kita cermati peta kepemilikan sahamnya dalam skema bisnis dari Husky-CNOOC Madura Limited atau HCML itu. Husky Energy, perusahaan minyak dan gas bumi asal Kanada, memegang 40 persen saham di lapangan Madura BD. Sedangkan perusahaan migas asal Cina , CNOOC, juga memegang 40 persen saham, sisanya sebesar 20 persen dimiliki oleh perusahaan migas asal Indonesia yang didirikan oleh Patrick Sugito Walujo, menantu TP Rachmat. Wow, jaringan Astra bukan?