Utak-Atik Vitamin D untuk Senjata Hadapi Cobid-19

Isu vitamin D yang dikaitkan dengan Covid-19 juga banyak ditanggapi para pakar di Indonesia. Profesor Zubairi Djoerban yang kerap memberikan edukasi Covid-19 melalui media sosial juga turut memberikan komentar. Ia mengatakan bahwa memang belum ada cukup bukti vitamin D bisa mencegah seseorang terinfeksi Covid-19.

Zubairi memberikan catatan bahwa hingga saat ini Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat tidak merekomendasikan vitamin D sebagai salah satu pengobatan Covid-19. Masih terlalu dini mengaitkan vitamin D dengan Covid-19.

Menurut Zubairi, hasil penelitian belum konsisten sehingga tak bisa dijadikan patokan. Asupan vitamin D penting tetapi tidak untuk mengobati Covid-19.

Guru Besar Fakultas Farmasi UGM Prof Dr Zullies Ikawati juga memaparkan penjelasannya terkait vitamin D dan Covid-19. Vitamin D, E, dan C memang sering dikaitkan dengan sistem kekebalan tubuh. Vitamin D menjadi salah satu yang berkorelasi dengan sistem imunitas. Maka tak heran masyarakat memburunya.

Namun, Zullies mengatakan, pada dasarnya kebutuhan vitamin D harian sudah bisa tercukupi dengan makanan sehat yang dikonsumsi setiap hari dan berjemur di bawah sinar matahari pagi. Tak hanya itu, tubuh manusia bisa menghasilkan vitamin D secara alami.

Vitamin D yang dihasilkan tubuh manusia harus dikonversi menjadi vitamin D aktif dengan bantuan sinar matahari. Tak hanya itu, bantuan sinar matahari juga bisa langsung mengubah bahan kimia di kulit menjadi bentuk aktif vitamin (kalsiferol).