Drh. Adnan Ahmad: Masyarakat Dihimbau Hati-Hati, Jangan Tergiur dengan Harga Daging Murah

Kepala Sub Dinas Kesehatan Hewan Propinsi DKI Jakarta , Drh. Adnan Ahmad menyatakan pihaknya akan mengintensifkan pengawasan terhadap peredaran daging babi hutan atau celeng di pasar-pasar di Jakarta, selama bulan Ramadhan dan menjelang idul fitri ini.

Pengawasan ini merupakan tindak lanjut dari surat edaran Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Pemprov DKI Jakarta Edy Setiarto, tertanggal 20 September 2006 kemarin, yang mengingatkan warga Jakarta agar berhati-hati membeli daging dan jangan tergiur dengan harga daging yang lebih murah. Karena ada dugaan sudah beredar daging celeng yang dijual di pasaran dengan cara disamarkan atau dicampur dengan daging sapi biasa

Menurut Drh. Adnan Ahmad, ada dua cara yang dilakukan dalam pengawasan tersebut. Kedua cara ini diharapkan efektif untuk mengawasi peredaran daging celeng, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir lagi.

Apa langkah yang sudah diambil untuk mengawasi peredaran daging celeng itu?

Kita terus melakukan pengawasan terutama dilima wilayah DKI Jakarta. Selama pengawasan tidak ada daging seperti yang beredar di los-los daging, ini sudah kita awasi sekali. Pengawasan dilakukan ditingkat propinsi sampai tingkat kecamatan, dilaksanakan oleh seksi pengawasan penertiban. Mereka mengawasi secara khusus pasar-pasar yang menjual daging.

Apakah hanya pasar tradisional saja yang diawasi?

Semua pasar yang berada di wilayah DKI Jakarta tidak luput dari pengawasan, baik pasar tradisional maupun pasar modern atau supermarket. Dan selama ini kita belum mengetahui di mana adanya peredaran daging itu.

Apakah selama melakukan pengawasan itu Dinas Kesehatan Hewan sudah pernah menemukan daging yang meresahkan masyarakat itu?

Kita belum pernah menemukannya, pengawasan yang kita lakukan untuk peredaran daging sapi dipasaran dengan menggunakan dua tipe, tipe pertama dengan sistem intelijen, di mana petugas pengawas menggunakan pakaian bebas untuk mengintai apa yang menjadi kecurigaan masyarakat. Dan yang tipe kedua petugas mengenakan pakaian dinas, mereka masuk ke pasar-pasar untuk mengecek. Tetapi dari hasil pengecekan yang dilakukan dalam bulan ini tidak ditemukan.

Di Bekasi daging oplosan itu kabarnya sudah masuk dipasaran, bagaimana antisipasinya agar tidak masuk ke Jakarta?

Saya rasa petugas akan melakukan pengawasan terus, karena terawasi itu, sehingga tidak ada kesempatan untuk beredar dipasaran.

Bagaimana dengan kemungkinan adanya pedagang yang nakal?

Saya kira umumnya pedagang daging sapi itu sudah tidak mau, mereka kan sudah berdagang selama bertahun-tahun, sangat mustahil mau melakukan itu. Dengan mereka menjual daging sapi yang tidak murni, itu justru akan menjatuhkan usahanya, mereka malah jadi susah sendiri. Karenanya tidak mungking pedagang daging yang resmi mau menjual daging sapi oplosan itu.

Padagang daging resmi dipasar tradisional ataupun swalayan tentunya akan mengatakan kalau memang daging sapi ya sapi, itu benar. Berdasarkan pengalaman, mereka justru membantu dinas kesehatan hewan, begitu mencurigai ada hal yang tidak wajar terjadi.

Apakah selama ini kecurigaan adanya daging campuran dengan daging celeng sudah pernah terbukti?

Dulu memang ada yang melaporkan kepada saya, dan itu terbukti, itu terjadi pada tahun lalu, tetapi segera cepat diatasi. Kalau tahun ini sepertinya di DKI Jakarta sudah bebas.

Apa himbauan anda untuk mengurangi kekhawatiran masyarakat?

Saya menghimbau agar masyarakat lebih berhati-hati, terutama dengan melihat dari segi harga, jangan membeli daging dengan harga yang tidak wajar. Daging sapi saat ini harganya berkisar di atas 45 ribu rupiah sampai 50 ribu rupiah, kalau masyarakat menemukan harga daging di bawah itu, tentunya patut dicurigai.

Yang kedua masyarakat harus membeli daging sapi, dilos daging sapi jika memang menginginkan daging sapi, kemudian kita juga bisa melijat cirri-ciri lain di tempat penjualan daging, misalnya paha sapi berbeda dengan paha babi. Oleh karena itu belilah daging sapi di tempatnya jangan disembarang tempat.

Sebenarnya apa yang membedakan atau ciri-ciri khusus daging celeng itu dengan daging sapi?

Kalau ciri, apabila sudah tercampur sangat sulit untuk dideteksi oleh orang awam, jadi kecurigaan kita bisa dilihat pada harga. Jangankan orang awam, petugas saja harus membuktikan kecurigaan itu di laboratorium, hanya di situ keraguan itu dapat dipastikan, daging sapi atau bukan. Begitu ada kecurigaan, secepatnya kita mengambil sample, kita periksa, kalau sudah terbukti baru disita.

Pemda akan melakukan sweeping terhadap peredaran daging ini, bagimana langkah teknisnya dan mulai kapan dilakukan?

Langkah yang awal kita lakukan mendatangi pasar-pasar dengan petugas dua tipe itu. Jika dalam pemeriksaan atau pengintelan itu terdapat kecurigaan maka kita akan membeli daging tersebut. Kalau tidak, kita berupaya mencari informasi yang sebanyak-banyak dari masyarakat, jika petugas kesulitan menemukan indikasi ataupun tempat peredaran daging oplosan. Apabila hanya mengandalkan penjualnya tidak mungkin mereka akan langsung mengaku. Pengawasan maemasuki bulan Ramadhan dan menjelang Lebaran, terus ditingkatkan.

Tahun lalu ditemukan peredaran daging babi hutan ini, sebenarnya dari mana asalnya?

Kebanyakan daging babi hutan ini berasal dari Sumatera, terutama dari Bengkulu, jadi bukan dari luar negeri. Jadi kita awasi supaya tidak lolos lagi ke Jakarta. Tahun lalu daging ini beredar tidak banyak hanya 72 kilogram dan itu hanya beredar diwilayah Jakarta Timur. Saya kembali mengingatkan, kalau masyarakat curiga dengan daging yang dibeli, untuk segera melaporkan ke Dinas Kesehatan Peternakan atau Sudin Peternakan setempat. (novel)