Eksklusif, Oleh-oleh dari Gaza Freedom March (2)

Tim KNRP

Pelajaran apa yang Ibu dapatkan dari rangkaian perjalanan Gaza Freedom March?

Banyak pelajaran yang bisa kita terima, yang kita lihat. Pertama, Indonesia kalau mau bantu Gaza itu tidak boleh per negara, harus per kawasan. Region. Kayak Uni eropa, kenapa dia bisa kuat seperti itu bawa 300 kontainer. Ini karena Eropa, mereka mendapatkan donasi dari masyarakat Eropa.

Kalau kita, misal, Indonesia, Malaysia, Brunei, Filipina, yang peduli pada Palestina, kita bikin nanti suatu saat yang lebih besar. Jadi, secara region, jangan per negara. Karena kalau kita sendirian, pakai surat sakti dari kedubes pun ternyata tidak bernilai. Jadi, suatu saat kita memang per kawasan.

Bagaimana Ibu menilai kondisi rakyat di Gaza saat ini?

Kita melihat kekejaman memang sudah luar biasa. Tidak ada segram semen pun di Gaza setelah serangan Israel. Selalu ditayangkan di Al-Aqsha TV, tidak ada pembangunan. Masih banyak yang tinggal di tenda-tenda, di rumah-rumah mereka yang bekas kena perang.

Itu sangat memprihatinkan. Bahkan saya lihat sendiri, ditayangkan, dua orang Palestina yang dimasukkan ke dalam freezer pada musim dingin, tanpa pakaian dan meninggal.Sekarang, penjara yang di situ, rumah-rumah di sekitar itu mulai pindah karena tidak tahan mendengar suara siksaan. Kondisinya sangat memprihatinkan.

Dari segi politik, bagaimana sikap pemerintahan di sana dalam menyikapi kondisi itu?

Mereka masih tetap optimis di Gaza, pemerintahan Hamas masih tetap optimis. Saya lihat, bagaimana orasi Mendagrinya, dia katakan, ‘Walaupun kita dalam kondisi seperti ini, tapi untuk masalah pendidikan, kita tidak boleh ketinggalan mutunya dari negara Islam lainnya’. Terbukti, anak-anak Palestina itu dengan peralatan, fasilitas seadanya, mereka mampu membuat mobil balap yang setara dengan mobil balap internasional dan ini akan dilombakan di Amerika. Padahal empat orang ini mencari bahan-bahan bekas semua, kan nggak ada mobil baru di sana. Mobil-mobil rongsokan mereka modif dan nanti akan ikut perlombaan.

Untuk tanding kelas dunia, ini kan kreativitas mereka muncul dalam kondisi seperti itu. Terus, dia katakan, untuk masalah pertanian, kami tidak ingin bergantung kepada Amerika, tidak ingin bergantung kepada Barat, kita hanya bergantung kepada Allah. Mulai sekarang kita menanam, dan itu dibuktikan. Saat itu, Mendagri-nya meresmikan pemekaran daerah dengan menanam pohon zaitun karena 3 juta pohon zaitun mereka dibuldoser oleh Israel. Sekarang mereka aktif menanam. Kalau kita lihat dari makanan di Palestina itu, insyaAllah mereka cukup. Buah-buahan yang diberikan Allah sangat subur, Sunkisnya banyak, jeruk-jeruk yang segar-segar, itu ditampakkan, kemudian zaitunnya juga, kambing-kambing mereka yang segar-segar hidup. Artinya, rizki dari Allah itu, tetap mendapatkan limpahan rizki, ya.

Apa sih yang menyulitkan buat mereka kalau begitu?

Yang sulit bagi mereka itu obat-obatan. Makanya dibawa oleh George bukan makanan, tapi kompor, kemudian obat, makanya dalam orasi yang dikemukakan oleh kelompoknya George dalam bahasa Arab, ‘Apakah obat-obat ini haram bagi anak perempuanmu?! Apakah obat-obat ini haram bagi saudara perempuanmu, bagi ibumu?! Jadi sudah menggunakan teori manhaj fikri ya, yang Rasulullah ajarkan kepada orang yang berzina. ‘Kenapa dia tidak mau meninggalkan zina, apakah kamu ridho kalau saudara perempuanmu dizinai?!’ Artinya, dia menyentuh emosi rasa kemanusiaan.

Kemudian, reaksi aparat Mesir setelah mendengar orasi itu bagaimana?

Aparat Mesir diberi orasi seperti itu nggak ada yang tersentuh. Kita yang menonton itu tersentuh sampai haru sekali, nih ketawa-ketawa aja, malah dilempar pasir. Yang orasi itu dipentungin, saya lihat darah segar yang berceceran di mana-mana, itu karena represifnya luar biasa.

Bagaimana Ibu melihat kondisi anak-anak Palestina saat ini?

Saya lihat, mereka memang, dalam kondisi seperti itu, mereka tetap menjadi bangsa yang optimis, dilihat dari orasi-orasi para pimpinannya. Kemudian, yang paling haru lagi, mereka kan baru mewisuda 10 ribu penghafal Alquran pada liburan musim panas kemarin, Juni-Juli. Anak-anak kemping selama 60 hari hafal 30 juz. 60 HARI 30 JUZ! Bulan Juli itu diwisuda sekitar 2.500, tapi kemarin kan kita ketemu Walikota Beit Lahiya di Gaza itu, dia katakan, ‘Sekarang sudah 10 ribu,’ kata menterinya itu, kami sudah menyiapkan pemimpin yang hafal Alquran dari tingkat presiden sampai lurah! Jadi, sampai-sampai lurahnya pun penghafal Alquran! Karena mereka sudah menyiapkan hafizh yang begitu banyak. Jadi, ini kan pelajaran buat kita. Dalam

kondisi tekanan ekonomi, dalam kondisi perang seperti itu, anak-anak mereka berprestasi. Mereka cenderung homeschooling karena tidak aman mereka keluar apartemen untuk sekolah, jadi ibu-ibu di sana sudah sangat kompak. Anak-anak mereka juga tidak diajarkan meminta, tidak ada anjal, saya bertemu dengan Persatuan Dokter Arab di sana menceritakan, salah satu yang ikut dalam perang Gaza kemarin, betapa anak di sana tidak meminta-minta, tahu etika meminta itu tidak baik. Ketika perang, ada seorang anak yang dalam kondisi perang, dengan di bawah dentuman senjata, dia jualan teh manis. Dokter-dokter ini mengumpulkan orang sampai 2 ribu dollar untuk menyumbang kepada anak yang berani, dalam kondisi perang kok mau jualan teh manis. Terus disumbangkan, ternyata anak itu bilang, ‘Saya cukup untuk kehidupan saya dari berjualan teh manis. Uang sebesar itu sebaiknya Anda berikan kepada tentara Hamas. Yang lebih membutuhkan dari saya.’ Ya Allah, anak kita, 100 dollar aja diterima! (tertawa)

Faktor apa yang membuat Gaza dijuluki sebagai bangsa yang memiliki asbabun nashr?

Saya berpikir, kenapa saya membawa anak-anak ke sana, di antaranya kita melihat bangsa ini bangsa yang asbabun nashr (sebab mereka ditolong Allah) ada pada mereka. Karena kalau kita lihat, Gaza itu kan kecil, kalau dalam peta saja, hanya separuh dari Kabupaten Bogor, lebar 8 km. Tapi mereka bisa bertahan dari serangan Israel yang didukung oleh negara adidaya. Mereka kan berpikir, paling 3 hari lumpuh, Gaza itu. Ternyata 22 hari mereka nggak bisa mematahkan Gaza. Ini karena mereka adalah bangsa yang sangat dekat kepada Allah. Semua, jadi orang tuanya, ibu-ibunya, anak-anaknya, semua paham kalau mereka berada dalam situasi perjuangan. Ibu-ibu mereka yang menyiapkan berbagai keperluan anak-anaknya ketika perang. Memenuhi masjid.

Jadi, misalnya mereka dimatikan lampunya, kan pernah 4 bulan mati lampu, tapi masjid itu penuh. Saya teleconference dengan seorang ibu, namanya Ummu Khalid. Dia cerita bahwa tempat mengungsi yang paling aman kalau sedang terjadi baku hantam itu adalah masjid. Di masjid kami tidak berpikir dunia. Makanya kami selalu memilih masjid, walaupun hanya membaca Alquran di bawah sinar lilin. Jadi, wajar kalau Allah sangat sayang mereka karena kedekatan mereka kepada Allah itu luar biasa, itu kita lihat dari pimpinan-pimpinan daerahnya, anak-anaknya, jadi kompak. Mereka ingin menjadi bangsa yang berjaya. Menteri Dalam Negerinya bilang, dari segi kepemimpinan, kami tidak takut dengan dunia lain karena kami sudah menyiapkan 10ribu penghafal quran dari tingkat pimpinan sampai daerah.

Tim KNRP

Menurut Ibu, kenapa Mesir mempersulit akses ke Gaza? Karena Mesir, saya pikir, ada ketergantungan dengan Israel dan Amerika. Saya dengar, APBN-nya juga banyak dibantu oleh Amerika. Kemudian, ada proyek-proyek mereka bersama Israel. Sekarang mereka sedang membangun tembok Pulazi, tembok beton. Tembok ini kalau misalnya jadi, terowongan komersial atau pribadi yang biasa digunakan untuk menyuplai bahan makanan, yang sangat dibutuhkan ke Gaza, itu mungkin nanti tertutup. Jadi, mungkin Gaza ini bagaikan sebuah bangsa yang terkurung dalam sebuah kamp yang besar, 1,5 juta penduduk Gaza. Kalau kita baca dari hadits Nabi itu kan, seorang perempuan disiksa oleh Allah karena dia menyiksa seekor kucing. Seekor kucing aja disiksa itu bisa membuat seorang perempuan masuk neraka. Kalau ini, satu bangsa dikurung nggak boleh, tidak diberikan hak-haknya. Jadi, mana kalau bicara HAM?! Amerika, Prancis, gitu ya. Bicara HAM, bicara juga di Gaza dong! Jangan ada diskriminasi dalam HAM. Laut juga sudah dikuasai oleh Israel, bahkan sekarang tinggal 16% tanah Palestina yang masih dikuasai muslim. Selebihnya sudah jadi kawasan Israel semua, termasuk Al-Quds. Al-Quds itu, kayak kita mungkin RT-RW-nya Yahudi. Jadi, mereka sekarang orang Palestina pemilik tanah tapi tinggal di tanah jajahan. Makanya, mereka sekarang ingin punya hak kembali. Empat juta warga Palestina yang diusir, yang pergi, yang keluar, yang diusir secara paksa atau yang mengungsi itu ada empat juta. Mereka ingin hak kembali. Hak kembalinya itu bukan kembali ke Gaza atau ke Tepi Barat (West Bank), tapi mereka inginnya kembali ke tempat lahir mereka. Jadi, misalnya, ada tanah jajahan 48, ada tanah Al-Quds, mereka inginnya kembali ke sana, kembali ke 48, kembali ke 67. Karena kan patok itu selalu diubah. Itulah kebiadaban Israel.

Bagaimana Ibu menilai potensi jalur Al-Aqsha-Mekkah? Misi khususnya kalau al-aqsha sudah dibebaskan, maka jamaah haji atau umroh akan bisa berkunjung ke tiga masjid yang disukai oleh Rasul. Masjid Nabawi, Masjidil Haram, dan Masjidil Aqsha. Kalau Al-Aqsha dibebaskan, insyaAllah jamaah haji bisa ke sana dan itu akan mempermakmur jalur-jalur yang akan dilewati jamaah haji atau umroh. Kalau sekarang ini kan, negara-negara Arab itu memang dibagi-bagi, yang dieksplorasi hanya daerah tertentu, supaya ada kesenjangan, meskipun sumber daya alamnya sama. Misalnya, Irak-Kuwait, Yaman-Saudi, Libanon-Syria. Kalau nanti, Al-Aqsha terbuka, bisa jadi jalur ekonomi, dari Palestina, ke Madinah, ke Mekkah itu menjadi negara yang maju, insyaAllah. Misi kita panjang, kalau mereka ingin membangun haikal Yahudi, kalau kita ingin mempertahankan Al-Aqsha.

Menurut pantauan Ibu, bagaimana kondisi Al-Aqsha saat ini? Kondisi Al-Aqsha sekarang sudah sangat memprihatinkan ya. Di bawahnya sudah menjadi tempat wisata Yahudi, saya punya foto-fotonya lengkap. Atasnya dibagi dua, satu kawasan Yahudi, masjid di sebelahnya juga kawasan muslim. Yang sholat juga diseleksi, yang belum berumur 50 tahun belum boleh sholat karena mereka takut kalau anak-anak muda itu kan militansinya luar biasa. Itulah yang namanya kehendak Allah sebagai bangsa yang dekat kepada-Nya. Banyak juga orang Yahudi, mereka yang tinggal di dalam tank mercafa, itu tank yang paling canggih dengan AC yang cukup, tapi para penumpang tank itu nggak banyak yang berani keluar karena takut melihat sorotan mata anak-anak Palestina, sampai-sampai mereka menggunakan PAMPERS! (tertawa) Anak-anak Palestina itu kan siap dengan batu-batu ya, mempertahankan negeri mereka. Jadi, mereka bukannya mau anarkis tapi itu hak mereka untuk membela tanah airnya.

Tindak lanjutnya di Indonesia bagaimana, Bu?

Kita akan selalu memantau dan mengkampanyekan untuk peduli Palestina karena masalah Palestina bukan masalah dalam negeri mereka saja tapi masalah umat negeri Islam. Al-Aqsha adalah kiblat pertama umat Islam. Kita melihat dari berbagai sumber, media, masalah kemanusiaan di Gaza, masalah kemanusiaan terberat di dunia sampai masuk Guinness Book.

Di dalam Guinness Book saya baca waktu itu, dalam Bahasa Arab, penjara terlama di dunia itu ada di Palestina, orang terlama dipenjara melebihi pembunuh John F. Kennedy itu orang Palestina, sekarang sudah 30 tahun kan ya, Syekh Atbah itu. Anak terkecil yang dibunuh, mati bukan karena sakit tapi dibunuh karena kekejaman lawan politiknya itu anak Palestina usia 10 hari ditembak. Anak yang terbanyak bersarang peluru di dalam tubuhnya saat meninggal adalah anak Palestina. Jadi, ketika dia pulang sekolah ditembak oleh salah seorang komandan Yahudi. Dengan satu peluru, anak itu sudah mati, tapi karena di pistol itu masih tersisa 32 peluru, dimuntahkan semua, diberondong sampai anak buah itu mengatakan, ‘Cukup, Tuan, dia sudah meninggal’. Itu masuk dalam Guinness Book.

Bukan hanya umat Islam yang peduli sama Palestina. Dilihat dari Code Pink saja, yang hadir di situ bukan muslim, 1.300 orang, mungkin fifty-fifty, ada juga dari Jepang, Korea.

Apa harapan Ibu ke depannya?

Harapan saya, bagaimana kita mensosialisasikan Palestina pada masyarakat luas dan mereka harus tahu bagaimana kondisi Al-Aqsha saat ini. Kondisi Palestina saat ini yang jika dibandingkan dengan negara lain yang mengalami bencana perang itu biasanya singkat, setahun-dua tahun sudah bisa bangkit, lihat di Bosnia, tapi di Palestina, sudah puluhan tahun! Tanah mereka digerogoti sedikit demi sedikit hanya tinggal 16%. Kalau misalnya, ada negara menjajah negara, itu yang dijajah ekonominya, bukan tanahnya, tapi kalau ini tanahnya.

Ada organisasi lain yang ikut bekerja sama dalam aksi ini?

Kalau kami dari KNRP, Adara Foundation, dan anggota dewan saja. Karena saya baca kan ada parlemen yang ikut juga jadi saya tertarik. Kebetulan saya di sini kan ikut Kaukus Palestina di DPR, jadi saya membawa nama Kaukus Palestina juga, minta izin sama Pak Muzzammil.

Bagaimana situasi terkini mengenai kondisi pergolakan politik di sana?

Terakhir, kami dapat info dari Mesir, orang yang membongkar kejahatan Yahudi di Al-Aqsha masuk penjara. Saya pernah ketemu di Turki saat muktamar, padahal dia itu saksi kunci dari rencana jahat. Dia masuk penjara 3 hari yang lalu. Yang terakhir ini kan, tembok pulazi, Mesir tetap bergeming ya, tetap diteruskan pembangunan itu dengan alasan mempertahankan negaranya. Itu sudah disahkan oleh Syeikh Azhar, bukan ulama Azhar. Bahkan dia katakan, membangun tembok pulazi adalah halal, kalau ulama dunia mengatakan haram dan semua yang terlibat di dalamnya ikut berdosa.

Kondisi politik di Palestina masih memprihatinkan. Masyarakat dunia bicara, kegagalan komunikasi PBB dengan Israel, kita sudah tahu bagaimana Goldstone melakukan penelitian tentang kejahatan perang di sana dan sudah jelas siapa yang harusnya masuk Mahkamah Internasional, tapi ditolak oleh PBB. Kalau kita lihat tidak ada kata lain selain mereka harus mempertahankan diri dan dunia membantu. Kalau kita di sini punya alasan, landasan yang sangat kuat untuk membela Palestina karena dalam UUD kita ‘semua penjajahan di muka bumi harus dihapuskan’ jadi apa yang kita lakukan ini sesuai dengan konstitusi. Di Kaukus Palestina ini semua partai mendukung. (Ind)