KH. Atabik Ali: Pasca Gempa, Pesantren Krapyak Teruskan Kegiatan Pendidikan Islam




Bencana alam gempa bumi tahun 2006 bukan hanya meluluhlantahkan bangunan rumah di Propinsi Yogyakarta, tetapi juga fasilitas pendidikan agama yang biasa digunakan untuk mendidik para santri. Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta yang menaungi para santri pendidikan Aliyah, Tsanawiyah, Ibtidayah, Diniyah, Pesantren bagi mahasiswa juga terkena dampaknya gempa tahun 2006, dan sesudah itu juga diterpa bencana puting beliung. Namun demikian, mereka tetap optimis melanjutkan eksistensinya dalam rangka meningkatkan kualitas generasi muda yang berwawasan luas dan berakhlaq Qur’ani. Hal ini dikatakan oleh Pimpinan Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta Drs. KH. Atabik Ali kepada wartawan saat mengunjungi Pondok Pesantren Krapyak. Berikut ini petikan perbincangan dengan KH. Atabik Ali.

Berbagai runtutan bencana alam menimpa Propinsi Yogyakarta, bagaimana dampaknya terhadap Pondok Pesantren yang Kyai pimpin?

Dampak gempa sangat memukul kami, karena gempa ini telah meluluhlantahkan sebuah gedung berlantai tiga yang terdiri dari 12 kelas, juga menghancurkan bangunan lama yang dipakai untuk kelas, serta merusak gedung empat lantai madrasah aliyah dan perpustakaan. Namun, di tengah musibah itu kita masih harus bersyukur, Alhamdullah berkat kerjasama dengan Universitas Gadjah Mada akhirnya gedung-gedung yang rusak itu bisa direnovasi dan digunakan kembali.

Apakah pemerintah dalam hal Departemen Agama memberikan bantuan kepada Ponpes Kyai yang rusak akibat gempa tersebut?

Departemen Agama hanya membantu sepertiga dari dana yang kita butuh untuk melakukan pembangunan dan renovasi bangunan yang hancur akibat gempa itu. Sehingga, ya mohon maaf saja untuk kali ini kita hanya bisa menggunakan aula Asrama Putri untuk menjamu tamu-tamu (rombongan wartawan), karena gedung pertemuan tersebut belum jadi. Tetapi, kami tetap bersyukur.

Waktu gempa itu apakah perhatian pemerintah Kyai anggap terlambat?

Yang justru memberikan bantuan pertama pada kita di sini dari PLN, kemudian dari PT Semen Gresik, bantuan yang berupa bahan bangunan itu diterima setelah sebulan pasca gempa. Namun kalau bantuan dari Depag itu sekitar satu tahun pasca gempa, memang kita merasa agak terlambat, padahal kalau bisa lebih cepat kita juga bisa memulai proses pembangunan lebih cepat pula. Bantuan dari Depag diterima dalam bentuk uang, hanya sepertiga dari yang kita mohonkan yakni sebesar 6, 5 milyar rupiah atau sekitar 2, 5 milyar rupiah

Lalu kemudian pendidikan saja apa yang bisa diperoleh para santri di Pondok Pesantren Krapyak ini?

Kita mempunyai lembaga pendidikan Madrasah Diniyah, Madrasah Ibtidayah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, dan juga Pesantren bagi mahasiswa, dengan sistem pendidikan holistik, yang mampu membentuk karakter santri untuk berpikiran cerdas, berwawasan luas dan berakhlaq mulia. Pesantren Mahasiswa sistem pendidikan tidak hanya menekankan kualitas moral mahasantri, tetapi juga pada kualitas pikir dan amal, serta rasa tanggung jawab dalam kehidupan sosial. Sehingga dapat melahirkan generasi yang mumpuni dalam ilmu keagamaan, yang sejalan dengan tantangan zaman. Meskipun, dengan lahan yang sangat terbatas seluas 2 hektar itu, kita tidak berhenti berupaya agar pesantren ini memberikan manfaat kepada masyarakat.

Caranya bagaimana Kyai?

Salah satunya kita membuat stasiun radio yang bernama Radio Rama, yang pada saat gempa terjadi antenenya sempat rubuh, padahal itu modal utama, namun kita berusaha menggantinya Alhamdulillah bisa. Tapi ternyata, cobaan tidak lantas berhenti, akibat puting beliung pemancar radio itu mengalami kerusakan, akhirnya sampai sekarang tetap mengudara dengan peralatan alakadarnya. Kita sangat berterima kasih sekali kalau pemerintah mau membantu membangun tower ini kembali, karena ini merupakan salah satu radio favorit di Yogya, karena cobaan yang datang berturut-turut, kita belum bisa bangkit seperti semula. Radio ini berupaya menyiarkan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat.

Selain itu, kami juga melakukan penyebaran ilmu pengetahuan melalui penerbitan Kamus Arab-Indonesia Al-Ashr setebal 2050 halaman yang menjadi buku terlaris di wilayah Yogya dan sekitarnya, dan tidak lama agi akan terbit juga kamus Indonesia-Arab setebal 1778 halaman. Ini usaha yang dilakukan Ponpes Krapyak untuk mencerdas generasi muda. Kita mohon doanya, agar semua lebih baik seperti sebelum adanya gempa.

Bagaimana kegiatan pembelajaran Al-Quran di Ponpes Krapyak?

Yang menonjol di sini, kita mempunyai lembaga tahfidz Qur’an untuk mencetak para penghapal Al-Quran, di antaranya banyak juga yang menjadi juara, namun tidak untuk mewakili Ponpes Krapyak dan DIY tapi banyak daerah lain misanya Jawa Barat, Sulawesi dan sebagainya, memesan untuk menjadi utusan daerahnya. Yang diambil menjadi utusan daerah lain itu untuk mengikuti lomba, kalau modelnya olahraga harusnya bayar, tapi kami senang kok.

Siapa saja yang pernah berkunjung ke sini?

Pesantren juga beberapa kali mendapat kunjungan dari tamu-tamu dalam dan luar negeri, yang belum lama ini adalah Mu’thi Besar Syiria dan Duta Besar Syiria. Alhamdulillah walaupun keadaannya seperti ini kita berupaya menjamu dengan baik, dan memberikan penjelasan tentang keadaan ponpes kami.

Saat ini masuk era globalisasi para santri selain dituntut paham ilmu keagamaan juga harus melek teknologi informatika (IT), bagaimana penerapannya di sini?

Ya kalau itu sih bukan hanya santri saja, tetapi juga para pengajarnya. Kita sudah memiliki satu ruangan laboratorium komputer, walaupun kelasnya terbatas, tetapi bisa digunakan secara bergantian. Sehingga para santri mengenal dan menjadi menguasai teknologi informatika (IT). (novel)