Khaled Misyaal : Saya Tidak Menginginkan Jabatan


Hanya ada sedikit tokoh di Timgur Tengah yang tegas dan punya pendirian. Salah satunya adalah Khaled Misyaal. Lelaki berusia 54 tahun ini—bagi rakyat Palestina adalah arsitek perjuangan Palestina terhadap Israel. Sebaliknya, Israel menganggapnya sebagai orang di belakang layar para pelaku bom bunuh diri yang menakutkan kaum Zionis Israel. Sudah tak terhitung berapa kali Israel melakukan percobaan pembunuhan terhadap Misyaal, di antaranya yang paling terkenal adalah tahun 1997. Berikut adalah petikan wawancaranya dengan Newsweek beberapa waktu yang lalu.

Jadi bagaimana, apakah Anda akan menerima konsep dua negara?

Saya tak bisa menjawab pertanyaan retorik Anda; tak ada posisi dan program bahwa rakyat Palestina akan menerima konsep itu. Kami hanya menginginkan satu negara Palestina dengan Yerusalem sebagai ibukota.

Apa peran Hamas dalam proses perdamaian?

Pelajaran negosiasi seharusnya tanpa ada tekanan dari Israel. Betul, kami menjalani pilihan diplomasi dan politik, tapi perlawanan juga menjadi perjuangan kami.

Dalam kondisi apa Hamas akan menghentikan kekerasan?

Saya ini seorang fisikawan, dan saya percaya pada teori fisika dan matematika. Ini bukan sebuah lingkaran yang tak ada akhir. Semua ini dimulai dengan penjajahan dan akan diakhiri dengan akhir penjajahan.

Perjuangan bersenjata meminta begitu banyak derita, dan menyedihkan tapi mengapa perjuangan di Palestina berbeda? Ketika Prancis memerangi Nazi, mereka menyebutnya perjuangan. Ketika Amerika memerangi Inggris, disebut sebagai perang kemerdekaan. Hamas tak punya aktivitas militer di luar Palestina.

Seberapa personal konflik ini?

Ini bukan urusan personal dengan Benyamin Netanyahu. Ini adalah persoalan negara.

Apakah Anda mau duduk satu meja dengan Netanyahu untuk membicarakan perdamaian?

[Tertawa] Saya tertarik pada hasil-hasil ini; rakyat Palestina meraih kemerdekaan, mendapatkan kembali hak-haknya, mengenyahkan Israel dari pendudukan, dan hidup dengan bebas di tanah sendiri.

Bagaimana hubungan Fatah dan Hamas di masa depan?

Mengapa persoalan internal ini muncul? Ini karena Amerika, komunitas internasional, dan sayangnya, negara-negara tetangga tak mau mengakui hasil pemilu 2006. Itu mengabaikan prinsip Amerika dan Barat. Ini melukai kami. Tapi bukan kami yang membuatnya, kami dipaksa untuk seperti ini.

Jika konsep dua negara terwujud, posisi apa yang Anda inginkan?

[Tertawa] Saya tidak menginginkan jabatan. Saya tidak bisa menjami saya akan terus hidup. Yang paling penting adalah rakyat Palestina merdeka. (sa/newsweek)