"Pidato Obama Penuh Dengan Janji-Janji Surga"

Pakar Timur Tengah di London Christopher Walker menyatakan pesimis ada perubahan positif dalam kebijakan luar negeri AS. Pidato Obama hari ini tentang dunia Islam dan Timur Tengah ditanggapi skeptis oleh banyak kalangan, yang menilai pidato Obama sebagai "omong kosong" dan masih dominan dengan kepentingan imperialisme Negeri Paman Sam itu.

Berikut petikan wawancara Press TV (PTV) dengan Christopher Walker tentang pidato kedua Obama terhadap dunia Islam, setelah pidato pertamanya di Kairo, Mesir dua tahu lalu setelah terpilih sebagai presiden AS.

PTV : Ini merupakan pidato resmi pertama Presiden AS sejak pidatonya di Kairo tahun 2009 yang disebutnya sebagai "awal baru". Apa keberhasilan yang telah diraih AS setelah pidato itu, dan apa yang baru dalam pidato Obama yang terakhir ini?

Walker : Baik, pidato tahun 2009 menimbulkan banyak harapan dan jujur saja, banyak dari apa yang disebutkan dalam pidato itu tidak terealisasi, meskipun Amerika mengklaim adanya peran Obama dalam mendorong musim semi di dunia Arab, misalnya gerakan rakyat melawan para diktator.

Saya takut hal yang sama terjadi dengan pidatonya kali ini, karena di Barat, hal yang paling menjadi perhatian adalah fakta bahwa untuk pertama kalinya dia muncul dan mengatakan bahwa masa depan negara Palestina harus berdasarkan pada kesepakatan perbatasan tahun 1967, tapi yang jadi masalah, pidatonya tidak berarti apa-apa, untuk hal-hal yang harus diwujudkan, seperti penghapusan sekitar 300.000 pemukiman (Yahudi Israel) yang kini berada di dalam wilayah perbatasan-perbatasan menurut kesepakatan tahun 1967. Semua yang ia bicarakan tentang perpindahan tempat yang sudah disepakati, tapi pernyataannya masih sangat samar-samar.

Saya khawatir, jika rakyat Arab benar-benar bangkit dan bergembira ria atas nama Palestina; bahwa Amerika sudah berubah, tapi apa yang terjadi di lapangan ternyata tidak ada perubahan politik yang penting. Mereka hanya ingin melihat seberapa tegas Obama pada Netanyahu (Perdana Menteri Israel) ketika keduannya bertemu di Washington, Jumat pekan ini, tapi nyatanya Obama dan Netanyahu melakukan beberapa kali pertemuan dengan AIPAC (organisasi lobi Yahudi pro-Israel di AS) atas nama orang-orang Yahudi dan Israel di Amerika. Saya kira, sekali lagi, tangan Obama akan dibelenggu.

PTV : Saya ingin tahu reaksi Anda terhadap sejumlah komentar yang dilontarkan beberapa pihak tentang pidato Obama–ini komentar Shadi Hamid, direktur riset Brooklyn Center di Doha "Obama menyebutkan harapan-harapan terhadap aliansi AS dan negara-negara Arab; baiklah, mengapa mereka tidak beraliansi selama lima dekade? dan komentar lainnya di Facebook "Obama sedang ngoceh tentang revolusi-revolusi kita dalam pemahaman liberal Amerika yang dangkal, bikin saya mua." Dari komentar-komentar ini, apakah Obama mampu meraih dukungan dari kalangan bawah sampa kalangan atas?

Walker : Tidak. Saya pikir tidak. Sebuah survei beberapa hari yang lalu menunjukkan hanya 20% dukungan di negara-negara Arab, di antara anak-anak muda Amerika. Saya kira, dalam hal ini, pidato yang sejak awal sudah menjadi bahan perbincangan–kita disuruh untuk tetap duduk di bangku Anda, dan inilah pidato Kairo episode II, pidato ini kembali akan mengubah dunia–kenyataannya menunjukkan bahwa Amerika makin sangat tidak relevan lagi dengan dunia Arab, seperti yang kita lihat berulang kali selama berlangsungnya gerakan perlawan rakyat di berbagai tempat seperti Mesir dan Tunisia; pidato Obama tiba-tiba kehilangan maknanya bagi anak-anak muda di sana, meski faktanya mereka memanfaatkan medium seperti Twitter dan sejenisnya, untuk melakukan gerakan revolusi.

Jadi, dari sisi ini saya melihatnya sebagai pidato yang ditulis dan disampaikan, yang isinya terus terang saja, penuh dengan janji-janji setinggi langit. Dan, meski banyak dana yang telah ia gulirkan ke Tunisia dan Mesir, seorang komentator akan menyambutnya dengan sinis, bahwa awal pekan ini, ketika Obama juga mengalirkan dana ke Yordania ketika mengunjungi Raja Abdullah II, dia sama sekali tidak berupaya untuk untuk mendorong kemajuan di negara-negara itu.

PTV : Berapa nilai bantuan yang Obama berikan untuk Yordania? Bukankah itu bantuan yang kedua kalinya hanya dalam jangka waktu beberapa bulan?

Walker : Ya, setahu saya sekitar 600 juta dollar, bandingkan dengan bantuan satu miliar dollar yang ia tawarkan pada Mesir dan Tunisia. Tapi ingat, Yordania sama sekali tidak menghasilkan kemajuan di bidang demokrasi. Jadi, seolah-olah, sekali lagi, kelihatan bahwa kepentingan Amerika lebih dominan dibandingkan dengan prinsip-prinsip mereka yang tinggi dan mulia dalam memberikan bantuan.

PTV : Apakah uang itu untuk membeli aspirasi demokrasi yang diinginkan rakyat? Bukankah hal itu yang menjadi motif AS setelah melihat dua revolusi yang terjadi, dan sekarang AS mengatakan bahwa kami akan membagi-bagikan uang pada kalian? Contohnya, pada Mesir, AS memberikan satu miliar dollar, menghapus utang-utang Mesir di masa depan sebesar miliaran dollar. Dan bagaimana dengan negara-negara lain yang masih sedang mengalami revolusi, apakah memberi mereka uang akan memberikan apa yang AS inginkan?

Walker : Tidak. Saya berpikir uang itu tidak cukup, dalam kaitannya dengan, untuk membeli banyak hal. Sebenarnya, saya melihatnya sebagai isyarat yang lebih menenangkan–kalau Anda menyimak pidatonya, apa yang sangat ditentang Obama adalah ide bahwa pada bulan September wakil-wakil Palestina di PBB mendeklarasikan sepihak berdirinya negara mereka. Dan jika itu menjadi penyebab aksi massa terhadap Israel, dalam bentuk seperti yang kita lihat pada peristiwa Nakba, hal itu benar-benar akan menimbulkan persolan, dan Obama berusaha untuk mencegahnya. (ln/PTV)