Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin: Arah dan Strategi Gerakan Islam Harus Sama

Pascajatuhnya rezim Soeharto, banyak gerakan Islam di Indonesia bermunculan. Dengan beragam bidang yang ditekuni, mereka berharap gerakan mereka memberikan kontribusi untuk umat. Tapi, sayang sudah sepuluh tahun era reformasi ini berjalan, akhir-akhir ini gerakan-gerakan Islam itu justru menuju ke arah yang tidak jelas.

Kenyataan itu menyimpulkan, masing-masing gerakan itu bergerak untuk kepentingan kelompoknya. Sementara itu, di sisi lain invansi pemikiran dari Barat, yang merupakan kelanjutan dari proses werternisasi (pem-Barat-an) kurang direspon oleh gerakan-gerakan itu. Diakui atau tidak, pem-Barat-an telah mengganjal gerakan-gerakan Islam itu.

Untuk menghadapi itu semua, berikut nasehat cendiakawan Muslim, yang juga aktivis ekonomi kerakyatan, Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin kepada eramuslim. Berikut petikannya:

Fenomena arah gerakan-gerakan Islam akhir-akhir ini cukup mengkhawatirkan. Sebab, arah dan strategis mereka tidak menuju pada satu titik. Bagaimana ini terjadi?

Memang gerakan-gerakan Islam sekarang itu sangat semarak. Tapi, barang kali dengan tekanan-tekanan yang berbeda-beda, gerakan Islam itu mengarah kepada pembangunan sosial kemasyarakatan. NU dan Muhammadiyah sebagai contoh persis sebagai gerakan keummatan yang bergerak di bidang sosial keummatan, pendidikan, dan sedikit bidang ekonomi. Tapi sekarang ada juga yang bergerak di bidang politik, melalui partai-partai Islam dan bergerak di bidang politik praktis. Tentu saja kita men-support mereka dengan catatan nilai-nilai keIslaman tetap mereka junjung tinggi.

Tapi ada juga gerakan Islam yang sama sekali tidak mau terkait dengan politik. Mereka hanya menekankan pada pemikiran Islamiyah. Ini banyak sekali, baik yang berseberangan dengan yang lain, ataupun gerakan keummatan yang hanya bidang ekonomi, dakwah, dan pendidikan. Singkatnya banyak gerakan yang heterogenitas, punya variasai yang luar biasa dalam gerakan keumatan ini. Walaupun sekarang ada perbedaan-perbedaan, kita harapkan ke depan arahnya sama, dan langkah-langkah strategisnya juga sama.

Kelihatannya gerakan-gerakan Islam itu berjalan sendiri, dan tidak saling koordinasi. Betul demikian?
Iya. Itu betul. Saya melihat masih begitu. Masing-masing jalan dengan sendiri dengan konsepnya. Jalan sendiri dengan pemikirannya. Kadang-kadang juga statemen yang disampaikan juga kontraproduktif, tidak merupakan kesatuan yang utuh. Saya kira ke depan ada kelompok-kelompok yang menjadi perekat antarkelompok yang ada. Ini kita harapkan dari kalangan muda, saling berkomunikasi, berdialog dan bermusyawarah. Karena ini adalah bagian dari dakwah dan perekat, termasuk perekatan pemikiran. Kalau tidak pernah berdialog dan bersilaturahim, maka akan berjalan dengan sendiri-sendiri. Saya kira yang berkaitan dengan perekatan umat ini, perlu kita bangun bersama.

Selain minimnya silaturahmi antargerakan, ada semacam kesimpulan mereka hanya memikirkan kelompoknya sendiri?
Ya banyak faktorlah. Banyak yang sekadar memikirkan dirinya sendiri dan kelompok. Mereka belum merasa perlu terlibat membangun dan berkontribusi kepada gerakan lainnya. Saya kira hal ini perlu kita luruskan bersama. Dan kita tentu sangat tidak berharap antar satu gerakan dengan yang lain saling mencela. Seharusnya satu sama yang lain harus saling mengisi kekosongan. Misalnya, ada gerakan yang hanya bergerak di bidang pemikiran, mestinya ia harus disupport dengan sikap amaliyah. Dan sebaliknya.

Untuk menyatukan gerakan-gerakan ini, apakah ke depan perlu wadah atau forum tersendiri?
Saya kira forum sudah ada. Sebenarnya, bukan masalah forumnya. Tapi kesadaran individu atau pemimpinnya dengan hati yang jernih dan dengan mengakui kekuatan yang lain, untuk bersatu. Tapi kalau yang diakui hanya kekuatannya sendiri, dan tidak mengakui kelemahannya, saya kira tidak akan pernah terjadi silaturahim itu.

Satu hal yang krusial adalah masalah pemikiran. Bagaimana ke depan umat mampu merespon gerakan pemikiran secara cepat?
Ya memang salah satu kelemahan kita, jarang berfikir secara mendalam. Kita hanya berfikir hanya very perial, di sini-sini saja. Sementara yang lain mengikuti gerakan–gerakan keIslaman yang mendalam, katakanlah JIL(Iaringan Islam Liberal). Kita menolak gerakan-gerakan pemikiran mereka yang sistematis yang dikemas secara dengan baik. Dan buku-bukunya juga penampilan bukan isinya tapi penampilannya cukup kuat. Jadi gerakan yang di koordinasikan dengan dana yang cukup besar terus kita hadapi pula dengan gerakan-garakan pemikiran yang sama.

Saya kira kita tidak bisa mengahadapi pemikiran seperti itu secara emosional tetapi harus secara mendalam, pemikiran dilawan dengan pemikiran. Kita diperintahkan berjihad seperti itu. Jadi hadapilah dengan ghazul fikri-ghazulfikri, budaya dengan budaya, tulisan dengan tulisan. Lalu dengan gerakan-gerakan keIslaman bisa lebih menukik mereka menulis, membaca, menggali, khazanah-khazanah keilmuan yang telah di pelopori para ulama yang terdahulu karena mereka juga luar biasa jasanya.

Memulainya dari mana?
Dimulai dari pendidikan, kita harus menyiapkan kader-kader untuk mendalami masalah ini, dilatih menulis mendiskusikan dengan baik dengan mempertahankan etika dan akhlak yang baik. Berdiskui itu tidak dengan emosional tidak mengarah kepada pribadi, tetapi mengarah kepada pemikiran- pemikiran saya kira itu harus di bangun, system pendidikan inilah, salah satu kenapa Ibnu Khaldun dibangun program Pascasarjananya, yang juga ada bidang Pemikiran Islamnya.

Kita melihat konsep-konsep selama ini tidak hanya pemikiran Islamnya, tidak pada politik. Saya kira kita harus ada pembagian tugas. Politik perlu karena semua juga akan ada kekuatan politik, karena untuk undang-undang perbankan syari’ah perlu politik. Undang-undang pornoaksi saja belum selesai, itu juga karena itu kita perlu kekuatan politik, ekonomi juga perlu. Tapi, semua pembagian tugas dan koordinasi satu dengan yang lain.

Selama ini belum terkoordinasikan dengan baik?
Belum. Belum terkoordinasikan dengan baik. Karena kita asyik dengan kegiatan masing-masing kita sendiri.

Menghadapi gerakan pemikiran yang kencang dari Barat, kelihatannya umat ini tak siap. Bagaimana menurut Anda?
Saya kira kita harus mempersiapkan diri. Sebenarnya umat Islam telah mempersiapkan diri, hanya saja itu belum kelihatan, dan itu harus serius. Soal pemikiran itu harus serius. Masalahnya kita ini sering asal-asalan terhadap program yang kita lakukan.

Itu lazim di gerakan-gerakan Islam?
Iya. Kita terlalu banyak pekerjaan yang lirik, tapi jarang yang fokus. (dina)