Indonesia Butuh “Diktator yang Beriman”

Eramuslim.com – Fakta berbicara jika setiap hari utang di negeri ini menggunung, mata uang rupiah setiap hari nilainya merosot, kehidupan rakyat kebanyakan kian sengsara dan susah, dan gilanya, pemerintah merasa tidak ada yang salah dengan semua ini dan masih saja menghayal jika Indonesia tengah meroket menjadi negara maju sejajar dengan negara-negara Eropa dan AS. Padahal, fakta yang sesungguhnya, Indonesia bukan tengah meroket, tapi menukik. Ini dua istilah yang bertolak-belakang. Meroket itu bergerak tegak lurus ke atas, sedangkan menukik itu tegak lurus ke bawah. Dalam bahaya rakyat: Nyungsep!

Tahun ini adalah tahun politik yang sangat panas. Pilkada serentak akan dilangsungkan di semua daerah se-Nusantara. Dan Oktober nanti kita sudah masuk ke dalam masa kampanye Pilpres. Penguasa sudah mempersiapkan segalanya untuk bisa terus melanggengkan syahwat kekuasaannya, salah satunya menciptakan sebuah badan yang kuat untuk mengawasi dan menyetir medsos yang tidak seperti media mainstream yang bisa mengubah hoax menjadi berita yang harus dipercaya rakyat. Jika media mainstream menulis air laut itu manis, maka rakyat diharuskan percaya jika air laut memang rasanya manis. Ini sungguh-sungguh gila!

Sejumlah tokoh nasional yang prihatin dengan situasi dan kondisi sekarang, yang ingin melihat NKRI tetap selamat dan tidak jatuh menjadi kacung negara asing, baik asing barat maupun asing timur, menyerukan kepada rakyat agar di tahun ini tidak salah memilih pemimpin, terutama pemimpin yang paling puncak.

Indonesia tidak butuh pemimpin yang bisanya cuma cengengesan tanpa sebab, yang bilang meroket padahal maksudnya menukik, yang di saat kampanye dulu bilang menolak utang namun faktanya menjadi raja utang. Indonesia tidak butuh pemimpin yang menciptakan lapangan pekerjaan buat orang asing, namun menciptakan lapangan pengangguran bagi rakyatnya sendiri. Indonesia tidak butuh pemimpin yang lemah dan letoy, yang lebih banyak diam dan melongo di forum-forum internasional gegara gak menguasai materi dan gak bisa omong Inggris. Indonesia tidak butuh itu. Indonesia tidak butuh pemimpin yang bisanya menangkapi ulama dan rakyatnya sendiri dan takut menangkapi orang-orang asing yang bekerja secara ilegal di negeri ini, takut menangkapi para koruptor yang jelas-jelas lebih jahat ketimbang maling sendal.

Indonesia butuh pemimpin yang kuat, smart, berani, dan takut kepada Allah Swt. Indonesia butuh diktator yang beriman. Diktator yang beriman!

Situasi dan kondisi bangsa ini sudah berada di bibir jurang kehancuran. Ini bukan menakut-nakuti, tapi realita yang ada. Mereka yang tidak percaya pasti mereka yang kebanyakan nonton sinetron di teve, kebanyakan membaca koran-koran yang berisi “hoax yang membangun”, dan kebanyakan makan micin. Namun bagi mereka yang tercerahkan, mereka yang cerdas dan kritis, yang lebih banyak mematikan teve ketimbang menyalakannya, yang lebih banyak membaca buku ketimbang kepo melihat-lihat Instagram atau Facebook orang lain, pasti mereka tahu jika negeri ini memang harus secepatnya diselamatkan. Indonesia butuh diktator yang beriman, bukan pinokio. Berhati-hatilah melewati tahun ini. []