Kala Ajaran Allah Harus Disesuaikan Dengan Manusia

Eramuslim.com – Kekuasaan Firaun ditopang tiga kekuatan: Pemodal, Militer, dan Agamawan. Kelompok pemodal terdiri dari para orang kaya yang dipimpin oleh tokoh yang sangat kaya bernama Qorun. Kekuatan militer tongkat komandonya dipegang Fir’aun sendiri. Lalu kaum agamawan, yang bertugas memelintir ayat-ayat tuhan agar sesuai dengan kelakuan Firaun sendiri, berikut para tukang sihirnya, dipimpin oleh Bal’am.

Kali ini kita mengulas tentang Bal’am. Sosok luarnya terlihat bagai orang suci. Mengenakan pakaian layaknya orang saleh. Selalu memasang “muka nabi” alias muka tak berdosa. Bahkan dari bibirnya pun selalu keluar ayat-ayat tuhan, namun semuanya sudah disesuaikan untuk menopang segala tindak-tanduk rajanya.

“Semua agama harus disesuaikan dengan ucapan-ucapan Firaun!” ujarnya lantang tanpa takut dianggap konyol atau ngawur. Jelas saja ngawur, lha wong Firaun belum lahir saja, agama sudah ada, tapi kenapa agama yang harus menyesuaikan diri dengan Fir’uan? Ini sama saja dengan memerintahkan Tuhan agar membuat agama-Nya harus disesuaikan dengan kemauan Fir’aun. Dan itu jelas, berarti yang menjadi tuhan adalah Fir’aun, bukan TUHAN. Sableng, kata orang Jawa.

Untunglah, kekonyolan Bal’am dan kawan-kawannya yang berpusat pada pemujaan Firaun bisa dihentikan. Allah Swt telah mengirim Nabi Musa A.s. untuk menghentikan dan mengubur semuanya.

Fir’aun, Qorun, Bal’am, sudah mati. Namun jangan salah, ajaran-ajarannya, tindak-tanduknya, pemikiran-pemikirannya, ketidakwarasannya, kekonyolannya, kesablengannya, sampai detik ini masih ada!

Dalam era modern, ada saja punggawa kerajaan yang mengurusi desk Bal’am, yang memelihara kelakuan Bal’am dan tanpa malu menyatakan jika agama harus disesuaikan dengan berbagai paham buatan manusia. Dengan kata lain, Allah Swt harus tunduk dan menyesuaikan diri dengan syahwat manusia. Dalam Islam, ini jelas ajakan untuk murtad!

Alhamdulillah, di negeri dimana mayoritas KTP-nya Islam, tidak ada yang seperti ini. []