KEM Surabaya Diserbu Tukang Becak

Udara Surabaya terasa terik. Pagi hari menjelang pukul 08.00 telah terasa panasnya matahari. Kepadatan kendaraan bermotor di mana-mana. Dari segala penjuru. Berlalu lalang dengan tujuan yang berbeda-beda.

Hari Ahad 26/9/2010, di kota Sidoardjo berlangsung acara ceramah yang disampaikan dua anggota redaksi Eramuslim, dan maksudnya sekaligus meresmikan KEM (Komunitas Eramuslim) regional Surabaya dan sekitarnya, yang akan menyelenggarakan acara kegiatan dan acara di wilayah itu.

Di Masjid Al-Muhajirin pertemuan (ceramah), berlangsung, dan dimulai dari pukul 09.00 pagi. Masjid Al-Muhajirin terletak di Perumahan Puri Indah Sidoardjo, acara ceramah itu berlangsung. Acara itu dibuka oleh Ketua DKM Ustadz Agung Maulana, dan Ketua Panitia Ustad Kholid Utomo, yang sejak pagi telah berada di Al-Muhajirin. Ustadz Agung Maulana yang mengaku bahwa Masjid Al-Muhajirin itu, sebuah masjid yang terbuka, dan dimanfaatkan oleh berbagagai organisasi Islam melakukan kegiatan dakwah. Selama ini diantara mereka bersinergi, dan tidak ada masalah satu dengan lainya.

Ceramah pagi itu disampaikan Pemimpin Redaksi Eramuslim (Ustadz Mashadi) dan pengasuh Rubrik Ustadz menjawab, yaitu Ustadz Sigit Pranowo (al-hafidz), yang menjadi pembicara kedua.

Kegiatan itu berjalan dengan baik, dan dihadiri para aktivis Islam dari kota Surabaya dan Sidoardjo. Tak ada sesuatu yang luar biasa dalam kegiatan itu. Kdua pembicara itu hanya berbicara tentang nilai-nilai Islam, tidak menyinggung masalah politik atau partai politik. Sebelumnya, Ketua Panitia Ustadz Khalid Utomo, yang ikut sibuk mengatur kegiatan pagi itu, berbicara akrab dengan para hadirin serta dengan pembicara di ruangan masjid itu.

Hanya kegiatan yang diselenggarakan DKM Masjid Al-Muhajirin Komplek Perumahan Puri Indah Sidoardjo dengan Komunitas Eramuslim (KEM) Surabaya itu, sedikit terganggu, karena saat berlangsung ceramah yang dimulai pukul 09.00 pagi, kemudian berdatangan ibu-ibu, tukang becak yang jumlahnya cukup banyak. Semakin siang jumlah tukang becak, dan orang-orang dhuafa itu semakin banyak. Mereka masing-masing dengan membawa kupon warna merah, yang bertuliskan, “Voucher Sembako Gratis” – “Beras, Mie Instan, Gula, Minyak Goreng”. Voucher itu dicap dengan cap : “Komunitas Eramuslim”, dan ditandangani oleh Ketua Panitia-Kholid Utomo.

Tentu, DKM Masjid Al-Muhajirin dan Ketua Panitia Ustadz Khalid Utomo menjadi panik, karena kedatangan tamu yang begitu banyak yang tidak ‘diundang”, dan mereka berdatangan dari berbagai tempat. Mereka semua ingin mendapatkan ‘sembako’, seperti yang dituliskan dalam voucher itu. Ini membuat DKM dan Panitia menjadi sangat prihatin, karena merasa tidak mengedarkan ‘voucher’ yang jumlahnya lumayan banyak, dan itu tergambar dari masyarakat dhuafa yang datang ke komplek dan Masjid Muhajirin. Bahkan sejak pagi, Panitia telah memasang tulisan di depan pagar Masjid Al-Muhajirin, yang menyatakan, ‘tidak’ membagikan sembako gratis.

Pernyataan DKM dan Panitia tidak memuaskan dan tidak dapat diterima oleh para kaum dhuafa, terutama tukang beca yang jauh, dan mereka datang dengan mengayuh becak di tengah teriknya sinar matahari. Tidak sedikit tukang becak yang datang itu, yang usianya sudah tua. Mereka harus mengayuh becak dari tempat yang jauh untuk mendapatkan sembako.

Dialog antara DKM, Panitia dengan para tamu yang tidak ‘diundang’ itu, menjadi sengit. Pertama, memang fihak DKM dan Panitia tidak merasa menyebarkan ‘voucher’, tetapi fihak masyarakat yang datang tidak mau tahu, karena sudah memegang ‘voucher’, yang ada ‘capnya’ (stempel) Komunitas Eramuslim, dan ditandatangani Ketua Panitia, Ustadz Kholid Utomo. Karena suasana semakin panas, fihak DKM dan Panita memanggil polisi, karena nada-nadanya semakin panas. Mereka yang sudah menerima ‘voucher’ ada meminta ganti rugi, dan bahkan ada yang mengancam akan merusak Masjid Al-Muhajirin.

Namun, segalanya berakhir dengan tenang, dan tidak sampai terjadi keributan di Masjid Al-Muhajirin Sidoardjo itu. Tentu, DKM, Panitia, dan pembicara, merasa sangat sedih dan kasihan, bagaimana para tukang becak, yang sudah jauh-jauh datang di tengah terik matahari itu, ternyata mereka hanyalah memegang kupon ‘voucher’ palsu, yang sengaja diedarkan di empat pasar di daerah Sidoardjo, oleh orang yang tidak suka dengan kedatangan kedua pembicara dari Eramuslim itu. Orang-orang dhuafa (miskin), tukang becak, dan ibu-ibu menjadi korban.

Mestinya tidak perlu melakukan hal-hal seperti itu. Cukup berbicara dengan panitia dan pembicara yang datang dari Jakarta, dan pasti dengan senang hati akan pulang, dan tidak akan melakukan kegiatan di Masjid Al-Muhajirin.

Kasihan bagaimana memanfaatkan orang-orang dhuafa yang datang dari jauh-jauh, seperti tukang becak, dan ibu-ibu yang miskin itu, hanya sekadar untuk membubarkan acara kerjasama antara DKM Masjid Al-Muhajirin dengan KEM (Komunitas Eramuslim), dan kehadiran Ustadz Mashadi dan Ustadz Sigit Pranowo ke Sidoardjo.

Tetapi, justru dengan peristiwa itu, DKM Masjid Al-Muhajirin, ingin melanjutkan kerjasama dengan KEM, terutama dalam kegaitan-kegiatan dakwah. Sorenya, Pemimpin Redaksi Eramuslim diundang oleh Ir. Irwinoto, berbincang-bincang ‘on air’ di radio Suara Muslim-Surabaya, yang dimulai dari pulul 16.30 hingga pukul 17.30, menjelang Maghrib. Segalanya berakhr dengan ‘very nice’. Alhamdulillah. Wallahu’alam.