Ketika Gay Peringatkan Eramuslim: “Awas Menular!”

Keesokan hari rapat kembali digelar dan lagi-lagi jadi rapat yang ramai dan penuh dengan tawa. Sorenya kami semua kembali ke Jakarta.

Hari demi hari, Tim Inti kembali menggodok aneka persiapan, selain visi-misi, keredaksian juga pemasaran, iklan, desain, promosi, rekruitmen, sallary, dan juga tetek bengek peraturan dan hardware berupa ATK dan semua peripheral yang dibutuhkan.

Tanpa terasa dua bulan sudah kami menggodok persiapan ini. Beberapa ATK, unit komputer, meja-kursi, dan sebagainya telah masuk. Kami juga sudah beberapa kali bertemu dengan Tim Investor. Walau tidak sesuai dengan ekspektasi Tim Inti yang sesungguhnya ingin cepat terwujud tabloid yang dimaksud, namun kami tetap bertahan terlebih dahulu.

Suatu hari, Mumu, sang tangan kanan BigBoss datang sendirian ke kantor sementara kami. Satu momen, Fulan berbincang berdua saja dengan Mumu yang merupakan teman masa kecilnya. Obrolan pun mengalir dan menanyakan masalah pribadi seperti apakah sudah berkeluarga dan sebagainya. Mumu ternyata masih lajang, walau usianya sudah lebih dari cukup. Dia pun curhat kepada Fulan. Intinya, dia mengakui telah salah bergaul.

“Gue dulunya enggak begini. Gue dulu normal, pengen punya isteri sama anak. Tapi sejak bergabung sama mereka, gue akhirnya kebawa-bawa, ikutan jadi kayak gini….,” ujarnya dengan pandangan mata ke bawah menerawang.