Politik Injek Tangga

Eramuslim.com – Dalam politik, ada yang namanya Metode Injek Tangga. Caranya mirip dengan strategi pembalap Formula-One; Ketika masih di belakang dia harus menempel sangat dekat dengan mobil yang didepan, agar tidak terkena hambatan atau tahanan angin, dan ketika memungkinkan, di tikungan misalnya, dia injek gas sampai pol, sampai bisa mendahului mobil yang ada di depannya. Ngegas di tikungan, demikian istilahnya. Mirip-mirip dengan selingkuh sepertinya.

Demikian pula dalam kehidupan politik. Ada cara supaya bisa cepat terkenal dan syukur-syukur dilirik penguasa agar dijadikan pejabat. Tujuannya apa lagi jika bukan mencari surga dunia, dan syukur-syukur surga akherat juga dapat, tentu sesuai versinya sendiri. Caranya sangat mudah.

Pertama, jika belum punya nama, dekat-dekatlah dengan seorang tokoh yang namanya sudah besar, sangat vokal, namun dicintai banyak orang. Ikutilah kemana-mana tokoh tadi, jika perlu bersentuhan dengan aparat dan mungkin dengan penjara, walau cuma sehari.

Kedua, rangkullah media massa agar setiap hari foto dan namanya, juga pernyataannya, bisa menyapa khalayak. Media adalah Tongkat Midas untuk mencapai ketenaran dan popularitas dalam waktu sekejap. Yang tadinya bukan siapa-siapa, bisa menjadi apa-apa dalam waktu singkat. Pasanglah muka nabi, katakan yang baik-baik dan menyejukkan saja, sehingga orang-orang akan tersihir. Dengan jalan yang demikian, dia akan cepat menjadi tokoh, yang disanjung khalayak dan tentu saja dilirik penguasa.

Ketiga, ketika nama sudah dikenal banyak orang, popularitas sudah ada, maka mulailah beri sinyal kepada penguasa agar bisa diperhatikan. Penguasa dimana-mana butuh dukungan rakyat, walau itu dilakukan dengan penuh kecurangan dan intrik. Dan merangkul tokoh instant yang sudah didukung banyak orang untuk masuk menjadi kelompok elit adalah pekerjaan yang mudah. Dalam politik semua itu sudah ada label harganya. Tinggal pinter-pinter tawar-menawar harga. Dan jika sudah ada kesepakatan harga, maka biasanya si tokoh instant tadi pun akan in-group dengan rezim penguasa. Agar tak kehilangan muka, penguasa akan memberikan sedikit kelonggaran agar si tokoh bisa tetap bersuara keras, yang lama-lama akan melunak tanpa disadari rakyat.

Keempat, Say Goodbye dengan tokoh awal yang didekatinya dahulu ketika namanya belum tenar dan belum apa-apa. Dalam politik, tentu saja politik yang culas, orang atau tokoh yang berjuang terus sampai tua dalam jalan yang lurus adalah suatu kebodohan. Politik adalah cara mencapai dan mempertahankan kekuasaan dengan jalan apa pun, demikian definisi politik dalam kacamata sekuler, dan ini berlaku di mana-mana. Sebab itu, tokoh awal yang selalu komit berjuang di jalan lurus anggap saja sebagai salah satu anak tangga agar diri sendiri bisa “naik kelas”. Tidak perlu memusingkan suara-suara miring karena memori rakyat sangat cepat lupa. Apalagi penguasa memiliki banyak jaringan media yang mampu menipu rakyat dengan mengatakan hitam itu sebagai putih dan putih itu sebagai hitam. Soal nurani juga mudah, perbanyak saja istighfar dan cari alasan-alasan yang bisa masuk akal sehingga nurani pun bisa dijinakkan.

Kelima, jika kursi kekuasaan sudah nempel di (maaf) pantat, maka jangan ragu untuk mengeluarkan jurus prosedur normatif atau istilah “demi hukum”, untuk semua yang dilakukan. Kalimat-kalimat “Ini dilakukan demi penegakan hukum”, atau yang sejenisnya harus hapal di luar kepala. Menjadi pejabat itu harus pintar-pintar bersilat lidah, juga menumpulkan hati nurani, jika mau lama di kursi empuk. Nanti saja tobatnya jika sudah pensiun. Bukankah untuk panjang umur bisa ditopang dengan asupan suplemen yang sekarang banyak bertebaran di apotik hingga toko obat online?

Inilah politik injek tangga. Dan ini berlaku di mana-mana, di dunia timur maupun barat, utara maupun selatan.

Gaya politik ini yang dilakukan oleh perwira As Sisi di Mesir ketika ia belum apa apa, yang hanya perwira menengah, lalu menempel ketat kepada Muhammad Mursi Presiden Mesir yang sah ketika itu. Tampilan seperti itu yang mengantarkan ia sebagai Presiden Mesir walau dengan kudeta. Mudah-mudahan saja hal ini tidak menulari para Tentara Allah yang ada di bumi tauhid Indonesia ini . Aamieen. (kl)