Akankah Pecah Perang Baru di Lebanon?

Israel kehilangan perwiranya yang paling senior di jajaran pasukan IDF (Israel Defend Forces), Letnan Kolonel Barry Harari, yang tewas terkena tembakan dari penembak jitu pasukan Lebanon. Barry sudah lebih 24 tahun berdinas di IDF, dan menjelang masa pensiun. Barry sudah merencanakan akan mengambil liburan dengan keluarga, usai berdinas militer.

 Israel menghadapi dilema yang sangat tidak mudah. Mengambil keputusan perang, seperti ketika menyerang Lebanon, di tahun 2006, dan dengan mengerahkan seluruh armada tempurnya ke wilayah Lebanon Selatan, menghadapi pasukan Hisbullah, yang sangat militan dan solid, ternyata gagal. Misi militer Israel ke Lebanon Selatan, yang ingin mengusir Hisbullah dari wilayah itu gagal total. Justru Israel banyak kehilangan pasukannya yang tewas menghadapi pasukan Hisbullah, yang sudah terlatih dengan perang gerilya.

Sekarang Hisbullah sudah melipat-gandakan milisi yang memiliki disiplin dan kemampun tempur yang tinggi, disertai persenjataan yang sangat canggih, yang berasal dari Suriah dan Iran.

Usaha-usaha Israel yang ingin membuka perang dengan Lebanon, dan dengan memprovokasi perbatasannya di Utara itu, ternyata tak berhasil. Pasukan Lebanon nampaknya juga siap, menghadapi agresi militer Israel. Kemungkinan terjadinya kolaborasi Hisbullah dengan  militer Lebanon sangat mungkin. Keduanya mempunyai kepentingan menghadapi Israel.

Jika terjadi kolaborasi antara Hisbullah dan militer Libanon, maka akan melahirkan kekuatan militer yang tangguh, dan ini berisiko bagi Israel kalau mengambil keputusan melakukan agresi militer. Perdana Lebanon Rafiq Hariri, telah mengkosolidasikan seluruh kekuatan-kekuatan yang ada di Lebanon guna menghadapi Israel. Termasuk membuka komunikasi dengan tokoh Hisbullah Lebanon, Hasan Nashrullah.

Situasi di Timur Tengah tidak kondusif untuk perang, khususnya bagi Israel, yang menginginkan perang, apalagi Gedung Putih, tidak seperti zamannya George Bush, yang mendukung segala tindakan yang dilakukan Israel. Termasuk melakukan agresi militer seperti yang terjadi di tahun 2006.

Tetapi, Obama yang sekarang menghadapi masalah dalam negeri yang sangat pelik, akibat kondisi ekonomi, dan krisis di Teluk Mexico, akibat tumpahan minyak BP (British Petrolium), tak mungkin mau mendukung petualangan militer Israel, yang akan membawa krisis baru di Timur Tengah.

Israel sekarang menghadapi krisis di Palestina, akibat tindakan militernya yang terus melakukan manuver militer ke Gaza dan Tepi Barat, pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat dan Jerusalem yang memicu konflik, serta masalah kasus nuklir Iran, serta situasi di Dataran Tinggi Golan, yang sekarang Suriah juga menuntut agar Israel menyerahkan wilayah itu.

Justru langkah-langkah yang diserukan oleh seorang anggota DPR AS, Ron Klein dari Florida, agar pemerintah AS memberikan dukungan militer kepada Lebanon. Ini terasa ganjil, di mana Ron Klein, yang seorang tokoh Yahudi di DPR AS, yang sedang berkunjung ke Israel, justru menyerukan agar pemerintah AS memberikan kepada Lebanon. Tujuannya untuk menghentikan kerjasama antara militer Lebanon dengan Hisbullah, yang ini lebih membahayakan bagi keamanan Israel di masa depan. (m/jp)