Aksi Protes Massa Mulai Melanda Arab Saudi

Aksi protes terhadap pemerintah juga terjadi di Arab Saudi. Tapi bukan terkait persoalan politik, tapi karena pejabat pemerintah Saudi dianggap tidak becus mengurus infrastruktur terutama di kota Jeddah sehingga menyebabkan banjir besar yang menelan korban jiwa.

Aksi protes dipicu oleh banjir yang kembali melanda seluruh kota Jeddah pada Jumat (28/1), menewaskan empat orang dan menimbulkan kekhawatiran akan terulangnya banjir besar seperti yang terjadi pada tahun 2009 yang menewaskan lebih dari 120 orang.

Hujan deras di Jeddah yang turun sejak hari Rabu menyebabkan banjir di kota itu. Derasnya arus air menghanyutkan sejumlah mobil dan aliran listrik pun dipadamkan.

Sebuah pesan singkat tersebar lewat telepon genggam yang isinya mengajak warga Jeddah melakukan aksi unjuk rasa, memprotes pemerintah yang tidak becus mengatasi masalah banjir di kota itu. Usai salat Jumat, para pengunjuk rasa menggelar aksi protesnya di distrik komersial di Jeddah.

Namun aparat keamanan Saudi membubarkan secara paksa aksi unjuk rasa itu. Warga yang berunjuk rasa meneriakkan "Allahu Akbar" ketika aparat memaksa membubarkan mereka. Sedikitnya 50 orang ditangkap dalam aksi tersebut.

"Mereka memprotes, kami menangkap mereka semua. Masih ada beberapa orang yang sembunyi di gedung-gedung di sekitar tempat aksi unjuk rasa itu. Polisi sedang mengejar dan akan menangkap mereka," kata seorang polisi Saudi.

Aksi unjuk protes atas banjir yang melanda kota Jeddah kabarnya akan terus dilakukan. Sebuah pesan melalui sms menyerukan pemogokan massal selama satu minggu penuh.

"Jangan pergi kerja selama seminggu penuh sampai mereka (pemerintah Saudi menemukan solusi untuk jalan-jalan di Jeddah," demkian bunyi sms itu.

Menyusul aksi protes warga Jeddah, aparat berwenang di Saudi menghimbau warga untuk tidak keluar rumah. Sejauh ini, Saudi belum memberikan keterangan resmi tentang kerugian yang dialami kota Jeddah akibat banjir kemarin.

Akankah aksi protes di Jeddah akan berkembang menjadi aksi massa anti-pemerintah seperti yang sekarang terjadi di sejumlah negara Arab? (ln/prtv)