Aktivis Kemanusiaan yang Tiba di Bandara Turki Disambut Bak Pahlawan

Ratusan aktivis dari Armada Kebebasan Gaza yang kapal mereka diserang oleh Israel telah pulang disambut oleh ribuan orang yang bersorak-sorai yang menyambut mereka bak pahlawan yang baru tiba dari medan pertempuran.

Dideportasi oleh Israel di bawah tekanan internasional yang dipimpin oleh Ankara, para aktivis kemanusiaan diterbangkan ke bandara di Istanbul, Turki, Kamis pagi (3/6).

Para aktivis Freedom Flotilla sebagian besar warga Turki namun ada juga warga negara dari negara-negara Arab, Eropa dan Amerika Serikat. Sembilan mayat aktivis yang terbunuh oleh serangan brutal Israel turut menyertai kepulangan mereka yang berada pada pesawat pertama.

"Mereka menghadapi tindakan barbarisme dan penindasan namun kembali dengan kebanggaan," kata Wakil Perdana Menteri Turki Bülent Arinc yang bersama-sama dengan beberapa anggota parlemen Turki menyambut para aktivis di bandara.

Ribuan keluarga dan pendukung para aktivis kemanusiaan melambaikan bendera Palestina dan Turki di luar bandara dengan diiringi tepuk tangan, serta teriakan "Allahu Akbar!"

"Turki bangga padamu!" teriak kerumunan massa. Mereka juga menyanyikan lagu-lagu perjuangan sambil meneriakkan slogan-slogan anti-Israel.

Sebelumnya, tiga pesawat mendarat di bandara Ankara dan ambulans langsung membawa aktivis yang mengalami luka-luka ke pusat medis.

Di Yunani, pesawat yang membawa 35 aktivis – 31 warga Yunani, 3 warga Perancis dan satu berkebangsaan AS – mendarat di sebuah bandara militer dekat Athena Kamis pagi.

Wakil Menteri Luar Negeri Dimitris Droutsas Yunani, dan anggota parlemen bergabung dengan puluhan sanak keluarga dan para pendukung aktivis kemanusiaan di Bandara Elefsina untuk menyambut para aktivis kembali.

Menurut pejabat Israel, 527 aktivis sedang terbang ke Turki dan Yunani, sementara tujuh lainnya belum bisa dipulangkan karena masih berada di rumah sakit Israel untuk pengobatan luka yang mereka derita selama serangan Israel.

Kementerian Luar Negeri Israel juga mengatakan tiga aktivis dari Irlandia, Australia dan Italia akan tetap dalam tahanan atas dokumentasi dan adanya rangkaian isu lain tanpa merinci lebih lanjut.(fq/prtv)