Al-Qaidah Berpengaruh di Yaman?


Mengambil pendapat dari kalangan rakyat dan pejabat Yaman,  bahwa jaringan Al-Qaidah di Semenjung Arabia mempunyai pengaruh yang kuat, dan bagaimana mereka dapat menasukkan ‘bocah’ dari Nigeria untuk meledakkan pesawat Trans Atlantik, milik maskapai penerbangan AS, yang  gagal diledakkan saat menjelang Natal.

Sementara itu, Presiden Ali Abdullah Saleh, di ibukota Yaman, Sana’a, sibuk menghadapi  tuduhan dari rakyatnya, yang mengatakan pemerintahan dirinya adalah korup.

Pernyataan yang sangat berlebihan bahwa mereka (Al-Qaidah), mengklaim mengirim mahasiswa Nigeria masuk ke pesawat Trans Atlantik, yang gagal diledakkan, karena adanya kesalahan teknis dengan  bom plastik yang sudah ada di tubuhnya. Kegagalan ini akan menjadi pelajaran, dan nantinya missi mereka akan  berhasil.

Mengapa Al-Qaidah di Yaman ini bisa bebas. Ada kesamaan antara Yaman dengan Pakistan dan Afghanistan. Di mana Al-Qaidah di Yaman mendapatkan dukungan dari suku-suku yang sangat luas, dan mereka hidup, diluar kontrol pemerintah.

Suku-suku di Yaman itu, juga memiliki milisi (pasukan) militer sendiri dengan persenjataan yang cukup. Mereka tidak mudah ditekan dan tunduk dengan pemerintah. Karena selama ini mereka hidup secara independen, dan tidak tergantung dengan pemerintah. Suku-suku di Yaman itu, mereka juga memiliki sikap dan pandangan hidup, yang lebih dekat dengan nilai-nilai tradisi Islam.

Dibagian lainnya, kondisi geografis, antara Yaman dengan Pakistan dan Afghanistan, tak jauh berbeda, wilayah yang berbukit dan bergunung-gunung. Sehingga  dengan kondisi seperti ini, tidak mudah dijangkau oleh aparat pemerintah. Selain, memang mereka memiliki kemampuan yang sangat mobile untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya.

Yaman yang berbatasan dengan Saudi, menjadi tempat yang paling aman, dan mudah melakukan gerakan, dan jaraknya sangat dekat antara Saudi dengan Yaman. Tak heran jika kelompok-kelompok garis keras, seperti Al-Qaidah, yang mempunyai pengalaman militer itu mudah melakukan mobilitas untuk berpindah-pindah dari tempat ke tempat lainnya. Banyak tokoh Al-Qaidah yang sekarang mereka dapat lebih leluasa hidup dengan keluarganya di Yaman.

Yaman menjadi ‘enclave’ (kantong) kelompok jihadis, yang berasal Semenanjung Arabia, dan banyak mereka yang  terusir dari negeri-negeri Arab, kemudian mereka berada di Yaman. Mereka memiliki kontrol penuh, atas wilayah-wilayah di Yaman, yang dikuasai suku-suku, dan melakjukan kerjasama dengan para ketua suku, yang berada di gunung-gunung.

Maka sejauh ini pemerintah Ali Abdullah Saleh tidak berani mengambil spekulasi dengan berkerjasama dengan AS secarang terbuka, dan menerima pasukan AS, karena hanya menciptakan kekacauan dan anarki, yang pada gilirannya, membawa malapetaka.

Pemerintah Ali Abdullah Saleh sangat rapuh, dan dukungan militer yang lemah, dan kekuatan militernya tidak profesional, sangat tidak mungkin melakukan konfrontasi total dengan jaringan Al-Qaidah di wilayah itu.

Pernyataan Presiden Ali Abdullah Saleh, yang ingin membuka dialog dengan Al-Qaidah, asal mereka mau meletakkan senjata dan tidak melakukan kekerasan, tak sebauh pernyataan yang bijaksana, yang sekaligus mengakui ketidak mampuannya. Yaman bukan hanya menghadapi Al-Qaidah, tapi sekarang menghadapi pembrontakan di Selatan, kelompok sisa-sisa komunis dan golongan  Syiah (Houthi), yang memberontak.

Dr Abdullah al-Faqih, Profesor ilmu politik di Universitas Sana’a, di sini akan bisa terjadi seperti di Selatan Waziristan, di mana seluruh pejuang dari berbagai penjuru dunia akan berkumpul disini, dan mereka akan berperang. Jika Presiden Ali Abdullah Saleh mengikuti jejak Amerika dengan melakukan pendekatan militer semata, dan melakukan kontra terorisme, justru akan lebih banyak menimbulkan masalah baru. 

Di Washington, Presiden Barack Obama terus mendapatkan tekanan, saat terjadi usaha meledakkan pesawat Trans Atlantik, yang gagal, di Detroit, agar melakukan langkah-langkah militer yang diperlukan terhadap Al-Qaidah di Yaman. Tapi, seperti rejim-rejim yang menjadi boneka Amerika, umumnya mereka sangat lemah, dan tidak cukup memiliki dukungan rakyatnya.

Masalahnya, pemerintahan Ali Abdullah Saleh, yang korup itu, tak dapat memperbaiki kondisi rakyatnya yang mlarat. Sudah lebih dari 10 tahun, kehidupan rakyat Yaman tidak berubah, dan terus mlarat. Hasil minyak bumi, yang digali tak memberikan dampak yang dapat menyejahterakan rakyatnya. Tetap kondisi rakyat Yaman dalam beberapa dekade ini mlarat, dan tertinggal dengan negara tetangganya, seperti Saudi.

Pemerintahan Presiden Ali Abdullah Saleh sangatlah tradisional, sejak berkuasa 30 tahun yang lalu, hanya sedikit perubahan, terutama hanya bagi orang-orang sekelilingnya. Orang-orang yang ada disekeliling Ali Abdullah Saleh, hanya keluarganya, sanak familinya, dan lingkungan suku (clan) nya, yang terlibat dalam pengelolaan negaranya.

Negara yang sangat luas dengan jumlah penduduk yang mencapai 25  juta, tapi dikelola dengan cara yang sangat tradisional. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan ketidakpuasan yang sanga luas.

Apalagi sesudah Yaman Selatan berhasil mengalahkan rejim di Utara,yang komunis, tapi sesudah penggambungan, tak nampak perubahan yang dapa mereka dapat dari Ali Abdullah Saleh. Konflik dengan Syiah di Selatan, dan ketidak puasan di Utara, yang masih memiliki pengaruh dari sisa-sisa komunis, menyulitkan pemerintahannya. Kondisi seperti  itu semakin membuat Ali Abdullah Saleh lebih sulit lagi.

Amerika, Inggris dan Saudi sangat  risau dengan kondisi seperti itu, dan tidak dapat berbuat apa-apa. Karena Saudi mempunyai problem sendiri didalam negeri mereka. Amerika dan Inggris sudah letih mengurus Iraq, Afghanistan dan Pakistan,yang menghadapi ancaman lebih besar lagi, khususnya dari Talibah dan Al-Qaidah diwilayah negara itu.

Dr.Abdullah Faqih, merasa sangat skeptis, bahkan mengatakan negara ini menuju ‘neraka’, ucapnya. Krisis yang dihadapi pemerintahan Ali Abdullah Saleh saling berkelindan satu-sama lainnya. Sehingga, kalau tidak hati-hati menangani Yaman akan dapat terjerumus seperti yang dialami oleh Somalia, ujar Abdullah Faqih.

Somalia, Sudan, Yaman, Pakistan, dan Afghanistan, ladang subur, bagi tumbuhnya gerakan Al-Qaidah, hanya karena kesalahan Amerika, yang terlalu bernafsu menggunakan kekuatan militernya, karena mengganggap kekuatan militer sebagai obat mujarab, yang dianggap dapat menyembuhkan segala penyakit, yang dihadapi negara-negara Islam.

Padahal, sumber kekacauan itu, tak lain dari para penjahat Zionis-Israel, yang sekarang sudah menguasai Gedung Putih dan Capitol Hill. (m/mb)