Aljazair: Al-Qaidah Semakin Eksis di Libya

Aljazair prihatin dengan peningkatan kehadiran al Qaidah di negara tetangga mereka Libya dan menyatakan bahwa kelompok-kelompok militan bisa ‘mencuri’ senjata yang beredar di negara itu, seorang pejabat senior Aljazair mengatakan Selasa kemarin (5/4).

Abdelkader Messahel, Wakil Menteri Luar Negeri mengatakan dia khawatir "terutama semakin terlihatnya kehadiran dari AQIM (sayap Al Qaidah Afrika utara) di Libya dan sirkulasi semakin terlihat dari senjata yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok teroris."

Membuat sebuah konferensi pers setelah pertemuan dengan pejabat kementerian Luar Negeri Inggris Alistair Burt, Messahel mengatakan konflik berkepanjangan di Libya berisiko menggoyahkan wilayah Sahel.

"Semua orang telah melihat, dan kita bukan satu-satunya, bahwa ada banyak senjata beredar di Libya dan situasi ini, jika terus berlangsung, akan memperburuk situasi di Sahel," katanya menegaskan.

Human Rights Watch mengatakan pada hari Selasa kemarin bahwa Libya timur dipenuhi dengan sejumlah besar persenjataan yang belum dipakai, ditinggalkan begitu saja dan senjata serta amunisi dan ranjau darat baru-baru telah disebarkan, berpotensi ancaman besar bagi warga sipil.

Dikatakan bahwa pada saat pemerintah kehilangan kendali di Libya timur, pemberontak dan warga sipil telah mendapat akses ke senjata militer secara besar-besaran dan depot amunisi, yang ditinggalkan oleh pasukan pemerintah. Di antaranya 60-bunker senjata di Razma di pinggiran timur Benghazi dan 35-bunker di pinggiran timur Ajdabiyah.

Messahel menekankan Aljazair bersikap oposisi terhadap intervensi militer asing di Libya, yang melampaui mandat resolusi PBB yang memungkinkan negara asing untuk campur tangan dalam melindungi warga sipil.(fq/reu)