Rakyat Libya tidak akan mentoleransi setiap upaya yang dilakukan oleh NATO dan kekuatan Barat untuk mengambil kendali urusan internal negara itu setelah penggulingan Muammar Gaddafi, menurut analis politik.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Press TV, analis politik Tahsin al-Halabi mengatakan bahwa rakyat Libya tidak akan mengizinkan Amerika Serikat, Inggris, atau Perancis untuk mencampuri urusan pemerintahan transisi baru.
"Saya pikir lingkaran baru kekerasan akan terjadi bahkan jika Gaddafi meninggalkan Tripoli dan jika Tripoli akan terhubung ke Benghazi," ujar al-Halabi.
"Saya yakin bahwa rakyat Libya tidak akan mentolerir kehadiran pasukan militer di Libya," tambahnya.
Pejuang revolusioner Libya menyapu ke jantung Tripoli pada Senin pagi dan menguasai sebagian besar kota tanpa menghadapi perlawanan yang signifikan dari kekuatan rezim.
Pejuang oposisi mengatakan mereka telah menguasai lebih dari 95 persen dari ibukota, termasuk markas besar jaringan televisi negara Jamahiriyah, dan berusaha untuk mengamankan daerah mereka telah ditangkap.
Libya telah menjadi ajang pertempuran sengit antara pasukan pemerintah dan pasukan revolusioner sejak revolusi yang berusaha untuk menggulingkan Gaddafi dimulai pada pertengahan Februari lalu.
Selama enam bulan terakhir, pasukan yang setia pada Gaddafi telah membunuh ribuan warga sipil Libya.(fq/prtv)