AS Membuat Panduan Khusus Warganya yang Depresi

Pemerintah AS nampaknya sadar betul bahwa kondisi perekonomiannya yang kian memburuk telah menimbulkan gejala penyakit sosial di tengah masyarakatnya yang mengalami depresi dan stress akibat tekanan ekonomi yang berat.

Untuk itu, pemerintah AS membuat membuat sebuah panduan khusus berisi petunjuk dan nasehat untuk mereka yang mengalami gangguan mental karena menghadapi kesulitan finansial.

Panduan bertajuk "Getting Through Tough Economics Times" disusun oleh lembaga Substance Abuse and Mental Health Services Administration (SAMHSA) bekerja sama dengan lembaga-lembaga pemerintahan AS dan disebarluaskan secara nasional secara online.

"Panduan ini menyediakan informasi-informasi yang perlu diketahui masyarakat tentang bagaimana kondisi perekonomian bisa mempengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang, dan kemana mereka bisa mencari bantuan jika mengalami gangguan itu," demikian keterangan yang diberikan SAMHSA dalam peluncuran panduan menghadapi krisis ekonomi hari Selasa kemarin.

Menurut Administrator SAMHSA Eric Broderick, panduan tersebut memberikan cara yang cepat dan mudah untuk mengelola kesehatan mental saat menghadapi krisis. "Dengan membantu orang agar lebih tabah dalam menghadapi kesulitan, kita bisa membantu upaya pemulihan bangsa ini secara menyeluruh," kata Broderick.

Panduan itu misalnya memberikan solusi dan tips mengurangi stress, mencari pekerjaan baru atau melakukan penataan ulang keuangan. Panduan tersebut juga memuat daftar gangguan kesehatan emosi dan mental yang mengancam masyarakat AS akibat krisis ekonomi berdasarkan kajian sejumlah literatur keilmuan.

Disebutkan bahwa seseorang yang mengalami tekanan ekonomi akibat kebangkrutan, menganggur atau kerugian dari sisi keuangan bisa mengalami depresi, gelisah, penyimpangan perilaku misalnya nafsu makan yang berlebihan, suka berjudi yang melampui batas, menghambur-hamburkan uang dan bentuk penyimpangan lainnya yang merupakan problem psikologis serius yang mengancam rakyat AS saat ini.

Panduan itu juga mengungkap resiko bunuh diri yang makin meningkat akibat gangguan-gangguan psikologis tersebut, karena faktor finansial bisa menimbulkan perasaan malu dan putus asa yang sangat kuat sehingga mendorong orang untuk berpikir bunuh diri sebagai jalan keluar dari permasalahan yang dialaminya.

Sebuah laporan yang dirilis bulan Oktober tahun 2007 lalu, menyebutkan bahwa ada indikasi makin meningkatnya tindakan bunuh diri bermotifkan persoalan finansial di kalangan masyarakat AS. Menurut The American Psycological Association (APA), Pusat Krisis di AS juga menerima banyak telepon dari warga AS yang stress karena terancam kehilangan rumahnya.

APA juga menyatakan bahwa kasus-kasus kecanduang alkohol, kekerasan dalam rumah tangga dan problema perkawinan terus bertambah sejak krisis ekonomi melanda AS. (ln/iol)