AS dan Barat Mengulangi Kesalahan Soviet di Afghanistan

Tahun 1982, keluarga Abdul Bashir tengah merayakan pernikahan anak perempuannya. Beberapa saat kemudian, sebuah bom meledak di tengah desa yang sangat padat penduduknya. Dalam seketika, 30 orang meninggal ketika itu juga, termasuk anak-anak dan perempuan.

"Saya waktu itu masih berusia sembilan tahun. Itu terjadi pada pagi hari sekali, ketika kami tengah dalam persiapan pernikahan saudara perempuan saya. Ketika itu, tiba-tiba saja tentara Soviet merusak desa kami." ujar Abdul Bashir. Sekarang, akibat dari peristiwa itu, Abdul Bashir hanya mempunyai 1 mata dan 1 gigi saja. "Saya tak akan melupakan kejadian itu.

Tahun 1979, Uni Soviet (kini Rusia) menginvasi Afghanistan. Tapi pada tahun 1989, mereka keluar dari Afghan dengan kondisi babak belur dan kalah dalam setiap peperangan. Dua puluh tahun setelah kekalahan Soviet, kini Barat melakukan kesalahan sama di Afghanistan. Selama tahun 2008, tidak kurang dari 455 orang Afghan telah dibunuh oleh tentara AS dan Nato, ini menurut kalkulasi PBB. AS bahkan terus-menerus mengirim tentara dalam jumlah besar. Pada akhirnya, jumlah tentara AS di Afghanistan akan berjumlah 70.000 orang.

"Jumlah sebanyak itu sama sekali bukan solusi!" Shamil Tyukteyev, 59, berkata. Ia adalah veteran tentara Soviet. "Di Afghanistasn, kita tidak bisa menempatkan tentara di sebuah rumah, atau di sebuah basis pertahanan, dan tidak juga di perbukitan. Semakin banyak tentara yang dikirim, semakin hebat pula perlawanan Afghanistan. Itulah yang kami alami dulu."

Pada waktu invasi Soviet ke Afghanistan dulu, Moskow telah mengirimkan tentara sekitar 120.000 orang. "Kami sepertinya hanya bercampur dengan pasir. Tak ada kekuatan militer manapun yang bisa menang perang di Afghanistan." ujar Oleg Kubanov, veteran tentara Soviet yang lain. "Mereka tak mungkin menang. Sebelum terlambat, mereka harus menarik pasukannya segera dari Afghanistan." (sa/reu)