Meski Minta Saleh Mundur, Bantuan Militer AS ke Yaman tetap Berlanjut

Meski dikabarkan AS mulai sedikit menjauh serta meminta dirinya untuk penuhi tuntutan demonstran – Presiden Abdullah Saleh yang merupakan sekutu dekat mereka dalam program "War on Terror" – namun AS mengakui bahwa mereka belum memiliki rencana untuk menghentikan bantuan militer ke Yaman meskipun maraknya gelombang protes anti-rezim di negara ini.

"Sejauh yang saya tahu, belum," kata Sekretaris Pers Pentagon Geoff Morrell dalam menanggapi pertanyaan apakah pemerintah AS sedang mempertimbangkan pemotongan bantuan militer untuk menghentikan kekerasan terhadap demonstran.

Ketegangan semakin meningkat di Yaman setelah 19 demonstran anti-rezim ditembak mati oleh polisi pada hari Senin lalu, membuat demonstran menuntut Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh untuk mengundurkan diri tanpa penundaan.

"Situasi sekarang menjadi sulit, semakin lama semakin sulit. Jelas, kita sedang memantau situasi tersebut. " kata Morrell kepada wartawan.

Washington telah melihat presiden Yaman sebagai sekutu penting terhadap apa yang disebutnya "ancaman dari al-Qaidah."

Ratusan ribu demonstran turun ke jalan di beberapa kota-kota seperti Sana’a, Aden, Taiz, menyerukan korupsi dan pengangguran harus ditangani, dan menuntut Saleh segera mundur.

Sekitar 40 persen dari populasi di negara ini hidup dengan penghasilan kurang dari 2 dolar per hari.

Aksi protes telah dipenuhi oleh polisi kerusuhan atau pendukung presiden Yaman yang dipersenjatai dengan pisau dan tongkat melawan demonstran anti rezim.

Saleh mengatakan dia tidak akan maju mencalonkan diri lagi pada tahun 2013 tetapi bersumpah untuk mempertahankan rezimnya "dengan setiap tetes darah."

Jumlah korban tewas di negara tersebut dilaporkan telah melampaui 300 sejak aksi protes anti-pemerintah dimulai pada akhir Januari.(fq/pkstnnews)