Empat anggota tim sepak bola nasional Libya dan 13 tokoh sepak bola lainnya telah membelot ke kubu pemberontak, yang langkah ini menjadi pukulan baru kepada pemerintah Muammar Gaddafi, otoritas pemberontak di bagian timur Libya mengatakan hari Sabtu lalu.
Gaddafi telah menghadapi serangkaian pembelotan yang dilakukan oleh perwira dan diplomat, tapi tetap menolak upaya yang dilakukan oleh pemberontak yang didukung oleh kampanye pengeboman NATO untuk mengusir dirinya setelah empat dekade berkuasa.
Abdul Hafiz Ghoga, wakil ketua dewan pemberontak, mengatakan para pemain sepakbola nasional Libya telah berhubungan dengan kepemimpinan pemberontak di Benghazi dan tinggal di negara tetangga Tunisia.
"Ini adalah refleksi langsung dari pendapat dan perasaan semua orang di seluruh Libya. Ke 17 anggota timnas Libya ini sedang dalam perjalanan ke Mali ketika mereka menyatakan pembelotan mereka," katanya.
"Ini bukan hanya simbolis tetapi juga sangat penting menunjukkan bahwa setiap kali seseorang dapat membebaskan diri dan mengumumkan pembelotan mereka, dan mereka melakukannya. Meski ada banyak dari mereka yang tidak mampu melakukan hal itu."
Kiper timnas Libya Juma Gtat dan Adel bin Issa, pelatih klub papan atas Tripoli Al-Ahly, mengumumkan pembelotan mereka di wilayah yang dikuasai pemberontak di barat pegunungan Nafusa Libya, BBC melaporkan.
"Saya mengatakan Kolonel Gaddafi meninggalkan kami sendiri dan memungkinkan kami untuk membuat Libya yang bebas," dikutippernyataan Gtat mengatakan di sebuah hotel di kota Jadu. "Bahkan saya berharap dia akan meninggalkan kehidupan ini sama sekali."
Sedangkan Bin Issa mengatakan kepada BBC bahwa dia telah memilih untuk datang ke pegunungan Barat untuk mengirim pesan bahwa Libya harus bersatu dan bebas", menambahkan: "Saya berharap untuk bangun di suatu pagi dan menemukan bahwa Gaddafi sudah tidak ada lagi." (fq/reu)