Calon Ketua Dewan Intelejen Nasional AS Dijegal Lobi Israel

Kelompok-kelompok lobi Israel di AS berusaha keras untuk mencegah agar pemerintahan AS tidak menempatkan tokoh-tokoh yang selama ini dikenal kritis terhadap isu-isu Israel. Untuk itu, mereka tidak segan-segan melakukan "pembunuhan karakter" terhadap tokoh yang bersangkutan.

Itulah yang dialami Charles "Chas" Freeman, mantan duta besar yang sekarang menjabat sebagai Presiden Middle East Policy Study, sebuah lembaga think-tank di AS. Freeman akhirnya mengundurkan diri dari pencalonan sebagai ketua National Intelligence Council (NIC) menyusul berbagai fitnah dan tuduhan-tuduhan buruk yang diarahkan padanya. Freeman menuding lobi-lobi Israel yang berada dibalik kampanye hitam terhadap dirinya.

"Berbagai fitnah yang ditujukan pada saya dan betapa mudahnya email-email saya dilacak, menunjukan keyakinan bahwa ada kekuatan lobi yang berusaha untuk mencegah pandangan-pandangan yang berbeda dengan mereka, muncul ke permukaan," kata Freeman.

Menurutnya, taktik yang dilakukan lobi-lobi Israel antara lain dengan cara mempermalukan dan memfitnah, melakukan pembunuhan karakter, membuat tuduhan palsu dan menyebarkan kebohongan.

"Tujuan mereka adalah mengontrol proses kebijakan pemerintah AS dengan menerapkan hak veto terhadap penunjukkan terhadap orang-orang tertentu yang mengkritik pandangan-pandangan lobi Israel, mengoreksi analisa-analisa yang selama ini hanya menguntungkan Israel dan mencegah rakyat serta pemerintah AS untuk memiliki banyak pilihan, kecuali pilihan yang menguntungkan pihak lobi," papar Freeman.

Pengunduran diri Freeman dari pencalonan sebagai ketua Dewan Intelejen Nasional AS memicu kritik terhadap pemerintahan Obama. Mereka menilai kasus Freeman sebagai kemunduran pemerintahan Obama karena tidak bisa memperjuangkan orang-orang yang dipilihnya untuk masuk dalam jajaran pemerintahannya.

Laksamana Dennis Blair, direktur Dewan Intelejen Nasional yang merekomendasikan Freeman untuk dipilih sebagi ketua NIC, membela Freeman di Kongres. Blair mengatakan bahwa Freeman adalah sosok yang memiliki pandangan-pandangan yang kuat, memiliki banyak gagasan dan punya kemampuan analitik yang baik.

Besar kemungkinan lobi-lobi Israel di AS mencegah agar Freeman tidak terpilih sebagai ketua NIC karena Freeman selama ini dikenal vokal atas isu-isu Israel. Tahun 2007, Freeman yang pernah menjadi dubes AS di Arab Saudi dan menjadi diplomat bidang pertahanan di kedubes AS di China, pernah mengatakan bahwa Israel tidak menunjukkan tanda-tanda akan menghentikan penindasan brutalnya terhadap rakyat Palestina.

Pernyataan itu menuai kritik dari anggota Kongres AS yang pro-Israel. Tapi dalam email yang disebarkan ke para pendukungnya, Freeman mengkritik AS yang sepertinya tidak berdaya untuk membuka diskusi publik yang serius atau melakukan penilaian yang independen atas persoalan-persoalan penting bagi negara AS dan terhadap negara-negara sekutunya.

Pernyataan-pernyataan Freeman soal Israel menimbulkan kontroversi, karena Freeman diduga masih ada ikatan dengan China dan Arab Saudi. Freeman pernah menjabat sebagai penasehat internasional perusahaan minyak milik pemerintah China, China National Offshore Oil Corporation ketika perusahaan itu ikut tender untuk perusahaan minyak AS tahun 2005. Keikutsertaan perusahaan minyak China batal karena protes dari Kongres AS. Sedangkan hubungannya dengan Saudi, lembaga think-tank Middle East Policy Council yang dipimpinnya, dananya antara lain berasal dari bantuan Arab Saudi.

Freeman menyatakan sudah mundur dari semua jabatan itu ketika ia memutuskan untuk menerima pencalonan dirinya sebagai ketua NIC. (ln/aljz)