Craig Monteilh, Informan Yang Membongkar Kelicikan FBI

Salah satu upaya yang dilakukan agen-agen FBI untuk menangkal terorisme adalah memonitor kegiatan di pusat-busat kebugaran di kota Orange County. Mereka mencari informasi tentang warga Muslim di kota itu yang aktif di masjid-masjid lokal dengan cara merekrut para informan yang ditugaskan menyusup dan berbaur dengan warga Muslim.

Salah satu informan rekrutan FBI adalah Craig Monteilh. Dialah yang akhirnya buka mulut tentang program mata-mata FBI terhadap warga Muslim dan masjid-masjid di Orange County. Pengakuan Monteilh dibantah oleh Sal Hernandez, direktur FBI untuk wilayah Los Angeles. Tapi sumber-sumber penegak hukum di AS mengakui bahwa program memata-matai warga Muslim itu memang ada, terutama pada orang-orang yang berdasarkan informasi dari para informan, dicurigai berpotensi melakukan tindakan kriminal.

Pada surat kabar LA Times, Monteilh membeberkan bagaimana ia melaksanakan tugasnya sebagai informan FBI. Lelaki yang berbadan tegap dan berotot itu adalah seorang pelatih pribadi di pusat kebugaran saat direkrut sebagai informan. Oleh FBI, Monteilh disuruh berpura-pura menjadi mualaf agar bisa berbaur dengan komunitas Muslim dan mudah mendapatkan informasi tentang komunitas itu yang harus dilaporkannya pada FBI.

Oleh FBI, Monteilh diinstruksikan untuk merayu para jamaah masjid untuk sering berolahraga dengannya di pusat kebugaran yang sudah dipasangi kamera pengintai oleh FBI. Selanjutnya, FBI memintanya untuk mengindetifikasi orang-orang yang ada dalam rekaman kamera itu dan memberikan informasi tentang latar belakang orang-orang tersebut.

"Para agen FBI itu bilang, mereka akan mengecek kembali informasi tentang latar belakang orang-orang itu, dan mencari infromasi apapun yang bisa digunakan untuk menekan orang yang bersangkutan agar mau dijadikan informan," kata Monteilh.

Monteilh, 46, mengaku sudah dua kali direkrut FBI untuk menjadi informan. Pada tahun 2006, Monteilh ditugaskan oleh FBI untuk menyamar dan memata-matai kegiatan di Islamic Center di Irvine. Ketika itu, Monteilh mengenalkan dirinya dengan nama Farouk Al-Aziz dan mengaku sebagai orang Amerika keturan Prancis-Suriah yang sedang mencari asal usul keislamannya.

"Saya diam-diam merekam semua pembicaraan saya dengan jamaah sejumlah masjid dan menyerahkan rekaman pembicaraan itu pada FBI," ungkap Monteilh.

Tahun 2007, FBI tidak menugaskannya lagi sebagai informan, karena salah seorang supervisor di FBI mempertanyakan kredibilitasnya. Monteilh merasa tidak puas dan mengajukan gugatan hukum terhadap FBI. Ia menuding FBI ingkar janji karena tidak membayar upahnya sebagai informan sebesar 100.000 dollar dan tidak memasukannya ke dalam program perlindungan saksi.

Dalam beberapa wawancara dengan surat kabar AS, Monteilh mengaku diperintahkan untuk mengajak jamaah di beberapa masjid untuk berlatih kebugaran di tempat-tempat fitness antara lain di Irvine, Tustin, Laguna Niguel dan Costa Mesa. Monteilh biasanya memimpin kelompok yang berhasil dirayunya datang ke pusat kebugaran sebanyak delapan sampai lima belas orang. Sebuah alat perekam dinyalakan saat ia mulai membuka perbincangan dengan mereka.

Sebulan kemudian, agen FBI yang membawahi Monteilh akan mengundangnya rapat dan ia diminta mengidentifikasi 75 sampai 100 foto individu tiap kali pertemuan, yang oleh FBI dikatakan berasal dari kamera pengintai yang mereka pasang di pusat-pusat kebugaran. Agen FBI yang namanya dirahasiakan atas permintaan FBI, akan menanyakan masjid yang biasa dikunjungi orang yang ada dalam foto itu, kewarganegaraannya dan organisasi yang diikutinya.

"Mayoritas laki-laki yang fotonya diperlihatkan pada saya, berusia antara 18 sampai 50 tahun. Banyak diantara mereka adalah pekerja profesional seperti dokter, pengacara, tapi kebanyakan adalah mahasiswa," papar Monteilh.

Monteilh masih ingat perkataan seorang agen FBI tentang foto-foto itu. "Kami melihat orang-orang ini berdasarkan fakta bahwa ada ancaman terorisme dari komunitas Islam," kata Monteilh menirukan ucapan agen FBI tersebut.

Ironisnya, pada bulan Juni 2007, Monteilh dilaporkan ke FBI setelah anggota Islamic Center di Irvine mencurigainya sedang merencanakan serangan teroris dan berusaha merekrut orang lain untuk bergabung dengan kegiatannya. Monteilh membantah tuduhan itu, dan akhirnya mengakui bahwa apa yang dilakukannya di masjid itu adalah karena kapasitasnya sebagai seorang informan FBI.

Terbongkarnya taktik FBI ini memicu kemarahan para pemuka Muslim di Orange County. Mereka menilai taktik memata-matai warga Muslim yang dilakukan FBI adalah sebuah pengkhianatan atas upaya komunitas Muslim yang sejak peristiwa serangan 11 September 2001 berusaha membantu para penegak hukum dalam mengantisipasi tindakan terorisme.

Isu ini dengan cepat menjadi isu nasional dan mengundang reaksi dari berbagai organisasi Muslim di AS. Council on American-Islamic Relations (CAIR), Muslim Public Affairs Council dan Islamic Society of North America (ISNA) mengeluarkan pernyataan yang isinya menuntut pemerintahan Presiden Barack Obama untuk mengambil tindakan terhadap praktek-praktek yang dilakukan FBI. Organisasi-organisasi Muslim itu menyatakan bahwa FBI telah melakukan "penyusupan ke masjid-masjid", menggunakan "agen-agen provokator untuk menjebak anak-anak muda Muslim" dan melakukan operasi mata-mata yang merupakan "penghinaan dengan sengaja" terhadap organisasi dan komunitas Muslim. (ln/LT)