Dari Frankfurt untuk Gaza

Meskipun cuaca mencapai minus 5 derajat celcius, Sabtu siang (3/1) pelataran stasiun kereta Frankfurt am Main HBF telah diwarnai oleh atribut bendera dan plakat untuk Palestina. Segerombolan massa besar yang hadir dari berbagai kota di negara bagian Hessen ini, menyedot banyak perhatian dan simpati warga Jerman yang sedang berakhir pekan.

Ditenggarai oleh Islamische Religionsgemeinschaft negara bagian Hessen (IRH), aksi peduli yang diantisipasi hanya menyedot 1000 peserta ini melonjak drastis menjadi 10.000 peserta, dan tercatat sebagai salah satu aksi unjuk rasa terbesar di Jerman menyusul agresi brutal Israel ke jalur Gaza pada Sabtu (27/12/2008).

Tidak hanya terbatas pada komunitas-komunitas islam di negara bagian Hessen. Aksi solidaritas ini juga diikuti oleh kalangan non-muslim dan beberapa golongan, yang masing-masing mengatas-namakan kelompok anti-fasismus, kelompok anti-rasialis dan kelompok anti-imperialis. Secara serempak mereka mengutuk keras perilaku brutal agresor Israel hingga memakan korban lebih dari 450 warga palestina, yang sebagian besar di antaranya warga sipil, tidak terkecuali anak-anak dan wanita.

Selain beratribut bendera-bendera Palestina, sebagian besar peserta serempak mengenakan keffiyeh hitam-putih di lehernya, yang merupakan ikat leher atau kepala ciri khas Palestina semenjak tahun 1930. Selain berfungsi sebagai penutup leher dari dinginnya cuaca, dalam dua tahun belakangan keffiyeh menjadi trend di kalangan pelajar, mahasiswa dan masyarakat Jerman. Di samping alasan mode, sebagian besar mendedikasikan keffiyeh mereka sebagai simbol dukungan atas perjuangan rakyat Palestina.

Secara umum ada lima tuntutan besar yang diajukan pada aksi Sabtu siang itu; mendesak Israel secepatnya menghentikan agresinya; melepaskan blokade dan melepaskan intimidasi sepihak atas jalur Gaza; pemenuhan pasokan bahan-bahan makanan, air bersih, bahan bakar dan obat-obatan untuk jalur Gaza; secepatnya menghentikan proyek perluasan pemukiman di Westbank; dan bebaskan tahanan-tahanan politik.

Pada orasi penutupan yang mengambil tempat di depan kantor pemerintahan Frankfurt di Römer, masing-masing komunitas menampilkan seorang perwakilannya yang disahut dengan gemuruh takbir dan yel-yel "stop agresi biadab di Gaza!", "tidak untuk kekerasan!" sambil bersahutan mempertanyakan, "di manakah solidaritas internasional?"

Meskipun sempat melumpuhkan beberapa transportasi umum dan menutup beberapa jalan utama di Frankfurt, pihak kepolisian mengakui aksi ini berjalan dengan sangat tertib. Dalam catatannya, hanya ada seorang demonstran bermasalah yang bermaksud membakar bendera Israel, namun berhasil dicegah oleh demonstran lainnya.

Selain berlangsung di Frankfurt am Main, aksi protes terhadap agresi militer Israel ini juga berlangsung di beberapa kota besar lainnya di Jerman, seperti Berlin, Düsseldorf, dan Karlsruhe. (kiriman dari Sultan Haidar Shamlan, Darmstadt, Jerman)